Selasa, 01 Maret 2011

Kemuliaan Sahabat Nabi SAW

Kemuliaan Beberapa Sahabat Nabi SAW
Thabarani telah mengeluarkan dari Rib'i bin Hirasy, Sekali peristiwa telah datang Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas) ra. meminta izin menemui Mu'awiyah ra. dan beberapa orang tokoh kaum Quraisy sedang berada di sisi Mu'awiyah, dan Said bin Al-Ash duduk di sebelah kanannya. Apabila Abdullah bin Abbas masuk ke majlis Mu'awiyah itu, dia berkata kepada Said bin Al-Ash: Hai Said! Demi Allah, aku akan kemukakan beberapa masalah kepada Ibnu Abbas ini yang dapat menjadikannya serba salah untuk menjawabnya. Jawab Said: Orang seperti Ibnu Abbas ini, tidak ada apa pun yang dapat menahannya daripada menjawab pertanyaan-pertanyaanmu itu!

Setelah Ibnu Abbas ra. duduk, Mu'awiyah lalu melontarkan pertanyaannya yang pertama, katanya: "Apa pandanganmu tentang pribadi Abu Bakar?" tanya Mu'awiyah. "Moga-moga Allah merahmati Abu Bakar!" jawab Ibnu Abbas. "Itu saja?!" tanya Mu'awiyah lagi. "Tidak!" kata Ibnu Abbas, "demi Allah, dia itu sangat suka membaca Al-Quran, sangat membenci kepada kejahatan, tidak pernah membuat kekejian, selalu melarang berbuat kemungkaran, sangat ahli tentang urusan agamanya, kepada Allah amatlah takutnya, senantiasa bangun di waktu malamnya, bila siang berterusan puasanya, senantiasa membelakangi urusan dunianya, kepada rakyat terkenal adilnya, membuat makruf maksud kerjanya, senantiasa bersyukur dalam segala hal-keadaan, pagi dan petang berzikir lidahnya, dan untuk maslahat diri ditinggalkan kesemuanya. Dia senantiasa melebihi teman-temannya dalam kewara'an, dalam kesederhanaan. dalam kezuhudan, dalam kecukupan, dalam kebajikan, dalam kelengkapan, dalam kethaatan dan dalam menyesuaikan diri pada semua keadaan, maka kerana itu, mudah-mudahan Allah akan menurunkan kutukannya terhadap siapa yang membencinya hinggalah ke hari kiamat!".

"Baiklah", kata Mu'awiyah,"apa pula pendapatmu tentang Umar?". "Moga-moga Allah merahmati Abu Hafs (nama julukan Umar) itu", jawab Ibnu Abbas. "Bukankah Umar itu pembela Islam, pelindung anak-anak yatim, induknya iman, tempat bergantungnya orang-orang yang lemah dan tempat kembalinya semua orang yang beragama. Dia adalah benteng bagi sekalian ummat, tempat bermohon bagi semua rakyat. Dia berjuang menegakkan hak Allah dengan penuh tekun dan sabar, sehinggalah Allah,memenangkan agama ini kepada ramai manusia, dan membuka banyak negara yang di bawah taklukan musuhnya. Kini sebutan nama Allah tersebar pada setiap lembah dan negeri, pada setiap tanah rata dan bukit-bukit, ada setiap kota dan kampung halaman. Pada kata-kata yang keji ia selalu menjauhkan diri, pada keadaan susah dan senang ia tetap mensyukuri, tidak pernah berhenti dari mengingati Allah dan selalu menepati janji. Kerana itu, mudah-mudahan Allah akan menurunkan kemurkaannya kepada siapa yang membencinya hingga ke hari penyesalan di hari kiamat nanti!"

Mu'awiyah tidak berkata apa-apa, tetapi dia ingin menanyai Ibnu Abbas tentang Usman bin Affan pula yang datang dari sukunya sendiri, yakni Bani Umaiyah, katanya: "Sekarang, cobalah engkau berikan pandanganmu kepada Usman bin Affan pula?" kata Mu'awiyah. Ibnu Abbas ra. langsung menjawabnya, katanya: "Moga-moga Allah merahmati juga si bapak Amru itu!" kata Ibnu Abbas. "Dia adalah semulia-mulia anak cucu, yang kepada kaum keluarga suka membantu, dan dalam medan perang tidak gentar. Dia di waktu malam terus dalam keadaan bersujud, bergenang air mata bila mengingati Tuhan, siang dan malam menanggung fikiran, senantiasa bergerak ke arah sifat yang dimuliakan, senantiasa menjauhkan diri dari perbuatan yang mencelakakan, demi memelihara diri dan mencari keselamatan. Dia mengeluarkan hartanya untuk membiayai bala tentera, dan membayar harga yang mahal untuk membeli sumber air untuk rakyat jelata, dan dia juga seorang yang menikahi dua puteri Nabi yang mulia. Maka moga-moga Allah menurunkan kemurkaannya ke atas siapa yang mencacinya hingga ke hari kiamat."

"Sekarang, apa pula katamu tentang Ali bin Abu Thalib?" tanya Mu'awiyah pula. "Moga-moga Allah merahmati bapak si Hasan itu", kata Ibnu Abbas. "Dia itu, demi Allah, adalah panji-panji hidayah, sarangnya taqwa, sumbemya segala akal dan kepintaran, pokok dari segala kecantikan dan kesempurnaan. Dia adalah cahaya yang bersinar di tengah kegelapan malam, selalu mengajak ke jalan yang benar dan mencari ilmu yang mendalam. Dia ahli dalam mengartikan kitab-kitab yang purba, pakar tentang pentakwilan Al-Quran yang mulia, senantiasa berpegang kepada sebab-sebab petunjuk agama, selalu membelakangi sikap yang zalim atau suka menganiaya, selalu menjauhkan diri dari jalan-jalan buruk dan binasa, suka mendampingkan diri kepada orang yang beriman yang taqwanya amat ketara. Dia adalah sebaik-baik orang yang bergamis dan menutup kepala, seutama-utama orang yang berhaji kemudian bersa'i pula.

Banyak toleransinya dalam segala perkara, nampak jelas keadilannya dalam kehakimannya di mana saja, amat bijak dalam pidato dan berbicara, tiada siapa yang dapat mengalahkannya biar datangnya dari segala penjuru alam dan dunia, hanya yang dapat mengatasinya ialah sekalian para Nabi dan Rasul yang mendapat keutamaan Tuhan, khususnya Nabi Muhammad yang terpelihara dan terutama dalam semua waktu dan zaman. Dia adalah orang yang pernah bersembahyang dengan Nabi sehingga mereka menghadapi ke arah dua kiblat, apakah ada orang lain yang dapat menandinginya? Dia telah menikahi semulia-mulia kaum perempuan (yakni Siti Fathimah binti Rasulullah), apakah ada orang yang dapat menyamainya? Kemudian dia juga ayah kepada dua cucunda Rasulullah yang sangat dikasihinya, apakah ada lagi kelebihan yang lebih tinggi daripadanya? Kedua belah biji mataku belum pernah melihat orang sepertinya, dan barangkali tidak akan dapat melihat seumpamanya hingga ke hari kiamat, hari pertemuan dengan Allah, Tuhan semesta alam. Jadi, siapa yang melaknatinya, maka turunlah laknat Allah dan laknat para hambanya ke atas orang itu hinggalah ke hari kiamat."

"Baiklah, apa katamu terhadap Thalhah dan Az-Zubair?" kata Mu'awiyah. "Moga-moga Allah merahmati keduanya", jawab Ibnu Abbas ra. "Mereka keduanya, demi Allah, adalah bersih dari tuduhan, baik dalam amalan, mereka suci dan patut disucikan, syahid dalam matinya, luas pengetahuannya.... cuma mereka tersilap, dan moga-moga Allah akan mengampuni keduanya dalam kesilapannya itu, berkat pembelaannya yang sudah terkenal dalam agama ini, dan persahabatan yang kekal dengan Nabi yang mulia, dan kerana amalan-amalan mereka yang baik yang sudah tidak perlu diperkenalkan lagi."

"Apa katamu kepada Al-Abbas itu (yakni bapa Ibnu Abbas sendiri)?" tanya Mu'awiyah. "Moga-moga Allah merahmati Abul Fadhl itu,'terang Ibnu Abbas, "dia itu bukan orang lain. Dia adik kepada ayah Rasulullah SAW dan menjadi cahaya mata orang pilihan Allah. Induk sekalian kaumnya, penghulu dari semua paman Nabinya. Pandangannya amat tajam kepada segala perkara, telaahannya amat tepat pada semua akibat. Namanya akan dikenang orang bila disebut tentang pengetahuannya, tiada siapa yang dapat menandinginya bila disebutkan tentang keutamaannya, dan bila dibicarakan tentang keturunannya, semua orang akan berundur diri kerana tidak sanggup menandingi keturunannya. Betapa tidak! Kerana dia berada di bawah naungan dan peliharaan orang yang sangat terkenal kemuliaannya pada setiap apa yang berjalan di atas muka bumi, dan beterbangan di udara yang lepas bebas, iaitu Abdul Mutthalib. Dia adalah semulia-mulia orang Quraisy yang berjalan di atas muka bumi, dan seutama-utama orang yang menunggang kenderaan..."

Ketika Usaha Dakwah Terhenti

Ketika Usaha Dakwah Terhenti

Ketika Khadijah rha. menemui suaminya Baginda Muhammad SAW. Ia (Khadijah rha) baru saja pulang dari rumah Waraqah. Ia menanyakan tentang tanda-tanda kenabian yang ada pada suaminya, pada saat itu lah Rasulullah SAW menerima wahyu ke-dua awal surah Al-Mudatsir. Rasulullah SAW kemudian berkata kepada istrinya "Tidak ada waktu lagi untuk istirahat... Jibril AS telah menyampaikan perintah Allah SWT kepadaku agar aku menjumpai setiap orang untuk mengajaknya kepada Islam, wahai istriku siapakah orang yang akan mengikutiku". "Aku ya Rasulullah, aku mengimani bahwa Allah SWT tiada tuhan selain Dia dan engkau adalah Rasulullah" Jawab Khadijah rha.

Demikianlah awal pengorbanan mereka yang tiada berhenti sehingga segala keperluan diri dikebelakangkan hanya untuk kemuliaan Islam. Hingga di akhir hayatnya Rasululah SAW ketika ditemani oleh Jibril AS yang datang untuk menghiburnya, Beliau SAW bertanya "bagaimana keadaan ummatku sepeninggalanku?". Keadaan ummatnya saja yang terfikir hingga akhir hayatnya.

Menjelang akhir hayatnya Rasulullah SAW mengirim satu jema'ah besar keluar kota Madinah dipimpin seorang panglima yang masih sangat muda, anak dari seorang bekas budak hamba sahaya yang kemudian menjadi anak angkat Beliau, Usamah bin Zaid r.ahuma. Belum sampai ke tujuan Jema'ah tersebut mendapat berita tentang wafatnya Baginda Rasulullah SAW. Akhirnya diputuskan jema'ah tersebut kembali ke Madinah.

Di Madinatul Munawwarah keadaan pun sedikit kacau, karena begitu sedih dan bingung banyak dari sahabat r.anhum yang tidak tahu harus berbuat apa pada saat itu. Umar ra. menghunuskan pedang berkeliling Madinah sambil berkata tidak mungkin Rasulullah SAW wafat, Utsman ra. hanya diam tidak tahu berbuat apa.. Sehingalah Abu Bakar ra., setelah menjenguk jasad Baginda SAW, tampil ke depan menenangkan.

Singkat cerita...
Usaha da'wah terhenti sebentar (dalam satu riwayat 7 hari), jema'ah yang dipimpin Usamah ra. belum diberangkatkan. Apa yang terjadi? Alim ulama menerangkan ketika da'wah terhenti sebentar ada 3 perkara besar terjadi:

1. Diangkatnya ketakutan dari hati orang kafir terhadap orang Islam
2. Banyak orang kembali murtad dan sebagian tidak mau lagi membayar zakat.
3. Munculnya Nabi palsu, Musailamah al Kahzab.

Tentara Romawi dan sekutu-sekutunya mengirim suatu kekuatan besar untuk membumi hanguskan Madinah dan seluruh orang Islam. Abu Bakar ra. memutuskan untuk segera mengirim kembali jema'ah yang sempat tertunda untuk menghadapi tentara kafir dengan tetap dipimpin oleh Usamah ra. Ada sebagian sahabat yang merasa keberatan dan ingin agar Usamah ra. dapat diganti dengan sahabat yang lebih berpengalaman tapi Abu Bakar ra. berkata,

"Belum lama jasad Rasulullah SAW dikebumikan, sekarang kalian hendak mengubah satu Sunnahnya"!

Jema'ah tersebut tetap dipimpin oleh Usamah bin Zaid r.anhuma. Semua sahabat yang tidak ada uzur diperintahkan untuk menyertai jema'ah tersebut. Amirul Mukminin, Abu Bakar ra. meminta kesediaan Usamah ra. untuk membolehkan beberapa sahabat tetap tinggal di Madinah untuk tugas-tugas lain. Khalid bin Walid ra. ditugaskan memimpin 500 orang untuk menghancurkan Musailamah al Kahzab, Umar ra. ditugaskan memimpin 50 orang untuk menhadapi mereka yang tidak mau membayar zakat. Sehingga tinggallah di kota Madinah orang-orang tua dan Abu Bakar ra. sebagai Amirul Maukminin untuk mengendalikan keadaan di Madinah. Seorang sahabat lagi bertanya kepada Abu Bakar ra. berkata "Wahai Amirul mukminin kalau semua kita menyertai jema'ah ini bagaimana keadaan kota Madinah yang di dalamnya ada Ummahatul mukminiin, istri-istri Rasulullah SAW". Abu Bakar ra berkata,

"Aku lebih rela istri-istri nabi diserang musuh dan bangkainya dicabik-cabik serigala daripada agama dan usaha agama ini terhenti".

Akhirnya Jema'ah tersebut diberangkatkan dengan dilepas sendiri oleh Amirul Mukminin Abu Bakar ra. Di Madinah, semua sahabat yang uzur diperintahkan untuk membuat 'amalan masjid. Mengisinya dengan Da'wah menjumpai orang-orang di Madinah yang keyakinannya goyah atau telah keluar dari Islam untuk dapat kembali kepada Islam. Mereka kemudian diajak ke Masjid Nabawi untuk duduk di dalam majelis dan dibangkitkan semangatnya kembali serta memperbanyak 'amal ibadah dan berdo'a memohon bantuan Allah SWT. Sebagaian lagi diberi tugas untuk melayani tamu-tamu yang datang dan menyiapkan segala keperluan jema'ah masjid.

Dari usaha dan kerja di Masjid Nabawi tersebut alim ulama menerangkan terbentuk beberapa jema'ah da'wah yang dikirim ke kawasan yang berdekatan dengan Madinah, menjumpai setiap orang yang berada di kabilah terdekat untuk kembali kepada Islam dan Iman. Sehingga di dalam suatu riwayat selama tiga hari-tiga malam di kota Madinah tidak terdengar suara adzan.

Kembali kepada Jema'ah yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid ra. Selama perjalanan untuk menghadapi tentara kafir mereka telah berhenti beberapa kali. Alim ulama menerangkan bahwa Usamah ra. telah memerintahkan jema'ah tersebut untuk berhenti dan membongkar segala perlengkapan dan memasang tenda dan berbagai keperluan lainnya. Ketika semua telah selesai, ia, Usamah ra. memerintahkan untuk melanjutkan perjalanan. Semua sahabat r.ahum tha'at. Mereka segera membongkar tenda mengumpulkan segala perbekalan dan sebagainya. Di tempat yang lain Usamah ra. memberikan perintah yang sama sehingga beberapa kali jema'ah tersebut membongkar memasang dan membongkar lagi perbekalan serta tenda mereka.

Alim ulama menerangkan bahwa walaupun pada zhahirnya terlihat seperti tidak teratur dan tidak terorganisir akan tetapi dengan ketha'atan kepada Amir dan bergeraknya mereka tersebut fii sabilillaah. Allah SWT telah tanamkan kembali di dalam hati musuh Islam ketakutan terhadap ummat Islam. Tentara Romawi dan sekutunya menjumpai bekas-bekas perkemahan dan barang-barang perbekalan sahabat r.ahum dapat menghitung berapa kekuatan pasukan Muslimin. Di tempat yang lain mereka menjumpai tanda-tanda bahwa di tempat itu juga sepasukan yang besar pernah berkemah. Sehingga akhirnya tentara musuh Islam tersebut berkesimpulan kalau dengan jumlah sahabat r.ahum sedemikian besar yang berada di luar Madinah maka pasti jumlah yang lebih besar lagi ada di dalam Madinah. Dan mereka memutuskan untuk mundur karena mereka yakin mereka tidak akan menang menghadapi orang Islam. Begitu juga Musailamah al Kahzab dan pengikutnya beserta benteng di Yamamah yang telah didirikannya akhirnya dapat di hancurkan.

Tiga perkara besar yang terjadi akibat usaha da'wah terhenti sebentar akhirnya dapat dikembalikan. Orang-orang kembali kepada Islam dan mau membayar zakat, Allah SWT tanamkan kembali ketakutan di dalam hati musuh Islam dan Allah SWT hancurkan nabi palsu.