Senin, 28 Februari 2011

Sifat-Sifat para Sahabat Nabi

an

Sifat-Sifat Para Sahabat (1)

Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim telah mengeluarkan berita ini dari As-Suddi dalam maksud firman Allah ta'ala: "Kamu adalah sebaik-baik ummat yang dikeluarkan kepada manusia..." (Ali Imran: 110). Berkata Umar bin Al-Khatthab ra.: Jika Allah berkehendak niscaya Dia telah mengatakan Antum, yang termasuk semua kita. Akan tetapi Allah ta'ala mau mengkhususkan Kuntum itu hanya buat para sahabat Nabi Muhammad SAW semata dan siapa yang membuat seperti yang dibuat oleh mereka saja, yang bakal menjadi sebaik-baik ummat yang dikeluarkan bagi manusia.

Tersebut pada Ibnu Jarir lagi yang meriwayatkannya dari Qatadah ra. katanya: Diberitakan kepada kami bahwa Umar bin Al-Khatthab ra. pemah membaca ayat Kuntum khaira ummatin... kemudian dia berkata kepada orang ramai: "Hai manusia! Siapa yang mau dikategorikan ke dalam golongan orang yang disebutkan ayat tadi, maka hendaklah dia memenuhi syarat-syarat Allah padanya!"(Kanzul Ummal 1:238)

Abu Nu'aim telah-mengeluarkan dari Ibnu Mas'ud ra. katanya: "Sesungguhnya Allah telah memandang pada hati para hambaNya,lalu dipilihnya Muhammad SAW dan dibangkitkanNya dengan perutusanNya, dan dilantikNya dengan pengetahuanNya untuk dijadikan Rasul. Kemudian Allah ta'ala memandang lagi pada hati manusia sesudah itu, lalu dipilihNya beberapa orang sahabat Nabi dan dijadikanNya mereka sebagai pembantu-pembantu agamaNya, dan sebagai wazir-wazir NabiNya SAW. Tegasnya, apa yang dianggap orang-orang Mukminin itu baik, maka baiklah dia. Dan apa yang dianggap orang-orang Mukminin itu buruk, maka buruklah dia dalam pandangan Allah".(Hilyatul-Auliya' 1:375)

Abu Nu'aim juga telah mengeluarkan dari Abdullah bin Umar ra. katanya: "Barangsiapa yang mau meniru, hendaklah ia meniru perjalanan orang yang sudah mati, iaitu perjalanan para sahabat Nabi Muhammad SAW, karena mereka itu adalah sebaik-baik ummat ini, dan sebersih-bersihnya hati, sedalam-dalamnya ilmu pengetahuan, dan seringan-ringannya penanggungan. Mereka itu adalah suatu kaum yang telah dipilih Allah untuk menjadi para sahabat NabiNya SAW dan bekerja untuk menyebarkan agamanya. Karena itu, hendaklah kamu mencontohi kelakuan mereka dan ikut perjalanan mereka. Mereka itulah para sahabat Nabi Muhammad SAW yang berdiri di atas jalan lurus, demi Allah yang memiliki Ka'bah!"(Hilyatul-Auliya' 1:305)
Abu Nu'aim mengeluarkan lagi dari Ibnu Mas'ud ra. katanya: "Kamulah orang yang paling banyak puasanya, paling banyak shalatnya, dan terlalu banyak ijtihadnya dari golongan sahabat Rasulullah SAW namun begitu mereka itu, yakni para sahabat adalah lebih baik dari kamu! Mereka lalu berkata: "Hai bapak Abdul Rahman! Mengapa sampai begitu? Jawab Ibnu Mas'ud: "Sebab mereka itu lebih banyak berzuhud pada dunia, dan lebih kuat keinginannya pada akhirat!" (Hilyatul-Auliya' 1:136)
Abu Nu'aim mengeluarkan lagi dari Abu Wa'il, yang mengatakan bahwa Abdullah bin Mas'ud pernah mendengar seorang lelaki berkata: Di manakah orang-orang yang berzuhud pada dunia, dan yang sangat mencintai akhirat?! Lalu dijawab oleh Abdullah: Mereka itulah Ash-habul labiyah, yang mengikat janji antara satu dengan yang lain - dan mereka itu kesemuanya sebanyak 500 orang dari kaum Muslimin - agar mereka tidak akan kembali lagi sehingga mereka sekalian pupus sampai ke akhirnya. Merekalalu mencukur kepala mereka dan terus bertempur dengan musuh, sehingga semua mereka mati, kecuali orang yang membawa berita ini! (Hiyatul-Auliya' 1: 135)
Abu Nu'aim mengeluarkan lagi dari Ibnu Umar ra. bahwa dia pemah mendengar seorang lelaki berkata: Di manakah orangorang yang berzuhud pada dunia, dan yang sangat mencintai akhirat? Ibnu Umar ra. Ialu menunjukkan makam Nabi SAW dan makam Abu Bakar dan Umar, Ialu bertanya: Apakah engkau bertanya tentang mereka ini? (Hilyatul-Auliya' 1:307)
Ibnu Abid-dunia pula mengeluarkan dari Abu Arakah, Sekali peristiwa aku bershalat dengan Ali ra. shalat Subuh, dan setelah selesai shalat, dia lalu duduk miring ke kanan, berdiam diri dan tampak pada wajahnya ada tanda susah, sehingga apabila matahari meninggi setinggi tombak dia lalu bangun bershalat dua rakaat, kemudian dia membalik-balikkan tangannya, seraya berkata: Demi Allah, aku telah melihat sendiri betapa baiknya para sahabat Rasulullah SAW itu.
Tetapi sayang sekali, tiada seorang pun sekarang yang dapat menyerupai mereka. Mereka semua berwajah pucat berambut kusut masai, berpakaian compang-camping, laksana segerombolan kambing dalam gembalaannya. Mereka menghabiskan malam dengan bersujud kepada Allah, bangun beribadat karena membaca Kitab Allah. tanda-tanda itu dapat dilihat pada dahi-dahi mereka dan tumit-tumit mereka. Bila mereka bangun pagi dan berzikir kepada Allah, mereka seolah-olahnya seperti pepohonan yang bergerak karena ditiup angin menderu, air mata mereka mengalir terus membasahi pakaian mereka.
Sayang sekali pada masa kini sudah tidak ada lagi orang yang menjejak perjalanan mereka itu, karena semua orang telah ditimpa kelalaian. Kemudian Ali ra. bangun dari tempatnya, dan kelihatan dia tidak pernah tertawa lagi selepas hari itu, sehinggalah dia dibunuh oleh Ibnu Muljam, musuh Allah yang jahat itu. (Al-Bidayah Wan-Nihayah 8:6) Berita yang sama juga diriwayatkan oleh Abu Nu'aim (Hilyatul Auliya' 1:76) dan Ad-Dinauri, Al-Askari dan Ibnu Asakir (Kanzul Ummal 8:219)

Senin, 21 Februari 2011

Nasihat Ali Bin Abi Thalib Karromallahu Wajhah

Nasihat Imam Ali Bin ABi thalib

Hidupkanlah hati dan pikiranmu dengan menerima dan memperhatikan nasehat. Jadikanlah kesalehan sebagai penolong untuk menghilangkan keinginan- keinginan nafsumu yang tidak terkendali. Binalah budi pekertimu dengan pertolongan keyakinan yang tulus pada agama dan Allah.

Taklukkanlah keinginan-keinginan pribadimu, kesesatan hatimu dan kebandelanmu dengan senantiasa mengingat kematian. Sadarilah akan kefanaan hidup dan segala kenikmatannya. Insyafilah kenyataan dari kemalangan dan kesengsaraan yang senantiasa menimpamu serta
perubahan keadaan dan waktu. Ambillah pelajaran dari sejarah kehidupan orang-orang terdahulu.

Jangan membicarakan apa yang tidak engkau ketahui. Jangan berspekulasi dan memberi pendapat atas apa yang kau tidak berada dalam kedudukan untuk memberi pendapat tentangnya. Berhentilah jika khawatir akan tersesat. Adalah lebih baik berhenti disaat kebingungan daripada maju merambah bahaya-bahaya yang tak tentu dan resiko-resiko yang tak terduga.

Berjuanglah dan berjihadlah demi mempertahankan dan demi tegaknya kalimat Allah. Jangan takut dan khawatir bahwa orang-orang akan mengejekmu, mengecam tindakanmu dan memfitnahmu. Janganlah gentar dan ragu membela kebenaran dan keadilan. Hadapilah dengan sabar
penderitaan dan kesengsaraan yang menimpa. Hadapilah dengan berani rintangan yang menghalangi ketika engkau berupaya mempertahankannya. Sokonglah kebenaran dan keadilan setiap kali engkau menjumpainya.

Binalah kesabaran dalam menghadapi segala kesulitan, bencana dan kesengsaraan. Kesabaran merupakan salah satu diantara moral yang tertinggi dan akhlak yang mulia, dan merupakan suatu kebiasaan yang terbaik yang dapat dibina. Bersandar dirilah kepada Allah dan mintalah senantiasa perlindunganNya dari segala bencana dan penderitaan. Jangan mengharap pertolongan dan perlindungan dari siapapun kecuali Allah.

Ketahuilah bahwa sombong dan bangga diri adalah bentuk-bentuk kebodohan dan berbahaya bagi jiwa dan pikiran. Oleh karena itu, jalanilah kehidupan yang seimbang dan berusahalah untuk berlaku jujur dan tulus. Apabila mendapat bimbingan dari Allah untuk mencapai apa-apa yang diinginkan, maka janganlah berbangga dengan perolehan itu. Tunduk dan merendahlah dihadapan Allah dan sadarlah bahwa keberhasilan itu semata-mata karena kasih dan karunia-Nya.

(Nasehat dari Ali bin Abi Thalib Wafat 21 Ramadlan 40 H ,10 Oktober 680).

Wa min Allah at Tawfiq

Jumat, 18 Februari 2011

Abdullah Bin Abbas

Abdullah bin Abbas adalah pemuda yang dewasa, mempunyai lisan yang selalu bertanya dan akal yang sangat cerdas” (Umar bin Khattab)







Sungguh sahabat kita yang mulia ini mempunyai kemuliaan dalam segala hal. Tidak ada sedikitpun yang tidak terjamah dengan kemuliaannya. Kemuliaannya yang pertama ialah sebagai seorang sahabat Rasulullah. Meskipun dia dilahirkan jauh hari dari Rasulullah, namun Abdullah bin Abbas masih sempat mendapat kemuliaan untuk menjadi sahabat beliau.
Kemuliaan yang kedua ialah hubungan kerabatnya dengan Rasululllah. Abdullah bin Abbas adalah sepupu Rasulullah Saw. Kemuliaannya yang ketiga  adalah keilmuannya yang luas. Abdullah bin Abbas adalah seorang alim dan shalih dari kalangan umat nabi Muhammad. Dia juga merupakan lautan ilmu yang sangat dalam.
Kemuliaan yang lainnya adalah ketakwaanya. Abdullah bin Abbas merupakan orang yang sering puasa di siang hari, sering shalat tahajjud pada malam hari, dan sering beristighfar di waktu pagi menjelang subuh. Abdullah bin Abbas adalah orang yang sangat sering menangis karena takut kepada Allah. Karena seringnya beliau menangis air matanya membekaskan dua garis di pipinya.
Dialah Abdullah bin Abbas, pendidik yang alim dan mengenal Allah dari kalangan umat nabi Muhammad. Dia adalah orang yang paling mengetahui kitab Allah dan paling pandai dalam mentakwilkannya, paling pandai dalam menyelami kandungan-kandungannya, hingga menemukan maksud-maksud serta rahasia-rahasia al-Qur’an.
Abdullah bin Abbas dilahirkan tiga tahun sebelum hijrah. Ketika Rasulullah wafat usianya tidak lebih dari 13 tahun saja.
Meskipun demikian namun Abdullah bin Abbas menghafal 1660 hadis Rasulullah untuk kaum muslimin yang sering diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam dua kitab shahihnya.
Ketika Abdullah bin Abbas dilahirkan, dia dibawa  menuju Rasulullah. Rasulullah memasukkan air liur beliau ke  tenggorokannya dengan tangan beliau. Sehingga yang pertama kali masuk ke dalam perutnya adalah air liur Rasulullah yang berkah dan suci. Bersamaan dengan masuknya air liur tersebut masuk pula takwa dan hikmah ke dalam dirinya.
“Barangsiapa yang diberikan hikmah maka sungguh dia telah diberikan kebaikan yang banyak”
Ketika pemuda dari bani Hasyim itu menginjak dewasa dan mencapai usia baligh, ia selalu mendampingi Rasulullah. Kedekatannya seperti mata yang selalu mengikuti pemiliknya. Abdullah bin Abbas selalu menyiapkan air wudlu untuk Rasulullah ketika beliau hendak wudlu.
Saat Rasulullah shalat, Abdullah bin Abbas shalat di belakang beliau. Ketika Rasulullah bepergian, Abdullah bin Abbas selalu membonceng dibelakang beliau.
Kedekatannya dengan Rasulullah seperti bayangan beliau yang selalu mengikuti kemanapun beliau berjalan dan dimanapun beliau berputar.
Disamping Abdullah bin Abbas selalu mengikuti Rasulullah, Abdullah bin Abbas juga mempunyai hati yang sangat jernih, otak yang cerdas, dan sangat pandai menghafal meskipun tanpa alat penghafal yang canggih seperti sekarang.
Abdullah bin Abbas bercerita tentang dirinya,
Pada suatu ketika Rasulullah ingin berwudlu, dengan sigap aku menyiapkan air wudlu beliau. Rasulullah sangat senang dengan yang aku lakukan.
Ketika beliau hendak shalat, beliau menunjukku untuk shalat di samping beliau. Namun aku berdiri di belakang beliau. Selesai shalat beliau mencondongkan badan beliau ke arahku dan bertanya, “Apa yang menghalangimu untuk shalat di sampingku wahai Abdullah?” Aku menjawab, “Engkau lebih mulia dan lebih terhormat di pandanganku daripada aku berdiri di sampingmu.” Lalu Rasulullah mengangkat kedua tangannya ke langit seraya berdoa, “Ya Allah, berikanlah hikmah kepadanya”
Dan ternyata Allah mengabulkan doa nabi Muhammad Saw.. Allah memberikan hikmah kepada Abdullah bin Abbas melebihi para ahli hikmah lainnya.
Tidak diragukan lagi, pasti anda sangat ingin untuk mendengarkan cerita demi cerita Abdullah bin Abbas. Inilah kisah-kisah yang anda inginkan.
Ketika sahabat Ali bin Abi Thalib berseteru dengan Muawiyah, para sahabat Ali meninggalkan dirinya. Abdullah bin Abbas berkata kepada Ali, “Wahai Amirul Mukminin, izinkanlah aku mendatangi kaummu dan menjelaskan kepada mereka.” Ali bin Abi Thalib menjawab, “Aku sangat mengkhawatirkanmu jika engkau terkena bahaya mereka.” Abdullah bin Abbas berkata, “Sekali-kali tidak mungkin hal itu akan terjadi, jika Allah menghendaki.”
Lalu Abdullah bin Abbas menemui mereka. Ketika melihat mereka ternyata tidak ada satu kaumpun yang lebih giat dalam beribadah melebihi mereka.
Mereka berkata, “Selamat datang wahai Ibnu Abbas! Ada apa engkau datang kemari?” Abdullah bin Abbas berkata, “Aku datang untuk memberikan penjelasan kepada kalian.”
Sebagian mereka menjawab, “Tidak usah kamu menjelaskannya pada kami.” Namun sebagian yang lainnya menjawab, “Jelaskanlah, kami akan mendengarkannya.”
Abdullah bin Abbas berkata, “Apa yang menyebabkan kalian mengingkari sepupu Rasulullah yang sekaligus menantu beliau dan juga orang yang pertama kali beriman pada beliau (Ali)?”
Mereka menjawab, “Kami mengingkari tiga hal darinya.”
Abdullah bin Abbas bertanya, “Apa saja itu?”
Mereka menjawab, “Yang pertama, karena dia menjadikan orang-orang yang berada di dalam agama Allah sebagai hakim[1]. Yang kedua, dia memerangi Aisyah dan Muawiyah, namun tidak mengambil ghanimah (rampasan perang)  dan tawanan perang. Yang ketiga, dia menghapus gelar Amirul Mukminin dari dirinya. Padahal kaum mukminin membaiatnya dan mengangkatnya menjadi pemimpin.”
Abdullah bin Abbas berkata, “Bagaimana jika aku bacakan ayat Al-Qur’an kepada kalian dan aku bacakan hadis Rasulullah yang tidak kalian ingkari. Apakah kalian akan merubah pendirian yang kalian pegang tersebut?”
Mereka menjawab, “Iya!”
Abdullah bin Abbas membacakan firman Allah,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, Maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-yad yang dibawa sampai ke Ka’bah atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah Telah memaafkan apa yang Telah lalu. dan barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa.(al-Maidah:95)
Abdullah bin Mas’ud bertanya, “Aku bersumpah kepada kalian dengan nama Allah. Bagaimana tanggapan kalian dengan laki-laki yang menjaga harga diri, darah dan perdamaian di antara mereka dengan seekor kelinci yang harganya tidak lebih dari seperempat dirham. Apakah  menjaga diri, harta, dan perdamaian lebih berhak daripada menjaga kelinci?”
Mereka menjawab, “Yang lebih berhak adalah menjaga darah, diri dan perdamaian di antara mereka. “
Abdullah bin Abbas bertanya, “Sudahkah kalian faham dengan hal ini?”
Mereka menjawab, “Iya.”
Abdullah bin Abbas bertanya, “Jika kalian mengatakan, sesungguhnya Ali berperang namun tidak mengambil tawanan wanita, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah. Apakah kalian menghendaki jika Ali menawan Aisyah, ibu kalian dan menghalalkan kehormatannya (boleh dikumpuli) sebagaimana Rasulullah menawan perempuan lain? Jika kalian menghendaki Ali untuk menawan Aisyah, maka sungguh kalian telah kafir. Namun jika kalian mengatakan bahwa Aisyah bukan ibu kalian, maka sungguh kalian juga kafir, karena Allah Swt.  berfirman,”
“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. (al-Ahzâb:6)
Abdullah bin Abbas bertanya, “Sudahkah kalian faham dengan hal ini?”
Mereka menjawab, “Iya.”
Abdullah bin Abbas menjawab, “Sekarang terserah kalian memilih yang mana saja.”
Abdullah bin Abbas berkata, “Adapun perkataan kalian, sesungguhnya Ali menghapus gelar Amirul Mukminin dari dirinya. Alasannya adalah, pada peristiwa perjanjian Hudaibiyyah Rasulullah meminta kaum musyrikin untuk  menulis isi perjanjian itu dengan nama beliau Muhammad Rasulullah, namun mereka enggan dan berkata, “Kalimat ‘Rasulullah’ (Utusan Allah) inilah yang membuat kami memerangimu” tulislah Muhammad bin Abdullah.” Dan Rasulullahpun menuruti kemauan mereka. Beliau berkata, “Sungguh aku adalah Rasulullah, meskipun kalian mendustakanku. “
Abdullah bin Abbas kembali bertanya, “Apakah kalian sudah faham hal ini?”
Mereka menjawab, “Iya.”
Hasil dari pembicaraan Ali yang penuh dengan hikmah yang dalam dan alasan yang kuat ini adalah kembalinya 20.000 orang ke barisan Ali bin Abi Thalib. Sedangkan 4000 orang lainnya masih memusuhi dan melawan Ali serta berpaling dari kebenaran.
Pemuda yang bernama Abdullah bin Abbas ini menempuh berbagai jalan untuk menuntut ilmu. Untuk meraih ilmu yang dia tuju dia mengerahkan segenap tenaganya.
Abdullah bin Abbas minum dari ‘sumber air’ Rasulullah selama hidup beliau. Ketika Rasulullah pulang ke haribaan Allah, Abdullah bin Abbas mencari ilmu dari para ulama’ yang masih tersisa. Dia mengambil ilmu dari mereka dan juga berguru secara tatap muka dengan mereka.
Abdullah bin Abbas bercerita tentang dirinya,
Apabila ada salah seorang sahabat yang menyampaikan hadis Rasulullah kepadaku, aku langsung mendatangi pintu rumah beliau di kala beliau sedang tidur siang. Aku membentangkan selendangku di teras rumahnya. Hingga angin-angin menerbangkan debu ke badanku. Seandainya saja aku meminta izin kepada beliau niscaya beliau mengizinkanku. Sungguh aku melakukan hal tersebut agar tidak mengganggu istirahat beliau.
Ketika Rasulullah keluar dari rumahnya dan melihat kondisi Abdullah bin Abbas seperti itu, beliau bertanya, “Wahai sepupu Rasulullah, apa yang mendorongmu untuk datang kepadaku? Tidakkah cukup engkau mengirim surat kepadaku kemudian aku mendatangimu?”
Abdullah bin Abbas berkata, “Aku lebih berhak untuk mendatangimu. Karena ilmu itu didatangi bukan mendatangi.” Baru setelah itu aku bertanya kepada beliau hadis yang beliau sabdakan.
Meskipun Abdullah bin Abbas menghinakan dirinya dalam menuntut ilmu namun dia sangat menghormati para ulama’.
Lihatlah ketika Zaid bin Tsabit, penulis wahyu dan pemimpin penduduk Madinah dalam masalah Fiqih, Qira’ah, dan ilmu Fara’idl (ilmu waris) menunggang kendaraannya, Abdullah bin Abbas, pemuda dari Bani Hasyim itu berdiri di hadapannya seperti berdirinya seorang budak kepada tuannya. Abdullah bin Abbas memegangi unta Zaid bin Tsabit dan memegang tali kendalinya.
Zaid berkata padanya, “Wahai sepupu Rasulullah, lepaskanlah tali itu!”
Ibnu Abbas berkata, “Beginilah kami diperintahkan untuk berperilaku kepada  ulama’ kami.”
Zaid berkata, “Tunjukkan tanganmu padaku!”
Abdullah bin Abbas mengeluarkan dua tangan beliau. Pada waktu itu Zaid bin Tsabit membungkukkan tubuhnya dan mencium tangannya. Zaid berkata, “Beginilah kami diperintahkan untuk berperilaku kepada keluarga nabi kami.”
Abdullah bin Abbas terbiasa mencari ilmu dengan cara seperti itu. Bahkan hal itu menjadi sesuatu yang sangat menakjubkan bagi para pujangga.
Masru’ bin al-Ajda’, salah seorang tokoh tabi’in berkata, “Ketika aku melihat Abdullah bin Abbas, aku selalu mengatakan “inilah manusia yang paling tampan.”
Apabila aku mendengar dia berkata, aku mengucapkan, “Inilah orang yang paling fasih lisannya.”
Apabila dia berbicara tentang keilmuan aku berkata, “Inilah orang yang paling alim (luas wawasannya) di kalangan manusia.
Ketika keilmuan Abdullah bin Abbas hampir mencapai kesempurnaan yang dia inginkan, Abdullah bin Abbas menjadi guru bagi semua manusia.
Rumahnya adalah kampus bagi kaum muslimin. Ya, kampus dalam arti seperti di masa modern ini. Hanya saja terdapat perbedaan antara kampus Abdullah bin Abbas dengan kampus saat ini.
Kampus saat ini dipenuhi dengan puluhan dosen, sedangkan kampus Abdullah bin Abbas hanya bertumpu kepada satu dosen saja, yaitu Abdullah bin Abbas.
Salah seorang sahabatnya berkata, “Sungguh aku sudah tahu betul majlis Abdullah bin Abbas. Seandainya saja semua kaum Quraisy membanggakan majlis Abdullah bin Abbas, sungguh hal itu sudah tepat untuk menjadi kebanggaan.”
Aku melihat banyak sekali orang yang berkumpul di jalan yang menuju ke rumahnya, hingga jalan tersebut disesaki oleh mereka. Aku masuk ke dalam rumahnya dan memberitahunya bahwa manusia sudah berjejal-jejalan di pintu rumahnya.“
Abdullah bin Abbas berkata kepadaku, “Sediakanlah air wudlu untukku!”
Setelah itu Abdullah bin Abbas berwudlu dan duduk. Dia berkata kepadaku, “Katakanlah kepada mereka, siapa yang menginginkan ilmu tentang al-Qur’an dan cara membacanya, silahkan masuk!”
Lalu aku keluar dan mengatakan hal itu kepada orang-orang yang sudah berdesakan diluar. Akhirnya mereka yang menginginkan ilmu tersebut masuk ke dalam rumahnya hingga memenuhi kamar beliau. Semua pertanyaan yang diajukan kepadanya, dia jawab dengan baik. Bahkan Abdullah bin Abbas menjawab melebihi apa yang mereka inginkan. Lalu Abdullah bin Abbas berkata kepada mereka, “Berikanlah jalan untuk saudara kalian yang lain!” Lalu mereka keluar.
Abdullah bin Abbas berkata kepadaku, “Katakan kepada mereka, siapa yang ingin bertanya tentang tafsir dan takwil al-Qur’an silahkan masuk!” Lalu aku keluar dan mengatakan hal tersebut kepada mereka.
Akhirnya mereka masuk dan memenuhi kamarnya. Semua pertanyaan mereka dia jawab dengan baik, bahkan dia jawab dengan jawaban yang lebih menyeluruh dari pertanyaan mereka. Setelah itu Abdullah bin Abbas berkata kepada mereka, “Berikanlah jalan untuk saudara kalian yang lain!” Lalu mereka keluar.
Abdullah bin Abbas berkata kepadaku, “Keluarlah dan katakan kepada mereka, siapa yang ingin bertanya tentang halal dan haram serta hukum fikih, silahkan masuk!” Lalu aku keluar dan mengatakan hal tersebut kepada mereka.
Akhirnya mereka masuk dan memenuhi kamarnya. Semua pertanyaan mereka dia jawab dengan baik, bahkan dia menjawab dengan jawaban yang lebih menyeluruh dari pertanyaan mereka. Setelah itu Abdullah bin Abbas berkata kepada mereka, “Berikanlah jalan untuk saudara kalian yang lain!” Lalu mereka keluar.
Abdullah bin Abbas berkata kepadaku, “Keluarlah dan katakan kepada mereka, barangsiapa yang ingin bertanya tentang ilmu faraidl dan yang semisalnya, silahkan masuk!” Lalu aku keluar dan mengatakan hal tersebut kepada mereka.
Akhirnya mereka masuk dan memenuhi kamarnya. Semua pertanyaan mereka dia jawab dengan baik, bahkan dia jawab dengan jawaban yang lebih menyeluruh dari pertanyaan mereka. Setelah itu Abdullah bin Abbas berkata kepada mereka, “Berikanlah jalan untuk saudara kalian yang lain!” Lalu mereka keluar.
Abdullah bin Abbas berkata kepadaku, “Keluarlah dan katakan kepada mereka, siapa yang ingin bertanya tentang syair, bahasa arab dan makna-makna kalimat asing silahkan masuk!” Lalu aku keluar dan mengatakan hal tersebut kepada mereka.
Akhirnya mereka masuk dan memenuhi kamarnya. Semua pertanyaan mereka dia jawab dengan baik, bahkan dia jawab dengan jawaban yang lebih menyeluruh dari pertanyaan mereka.
Orang yang menceritakan hal ini mengatakan, “Seandainya semua orang Quraisy membanggakan hal tersebut, sungguh hal itu sudah merupakan sebuah kebanggaan.”
Abdullah bin Abbas mempunyai keinginan untuk membagikan ilmu sesuai hari-hari yang ada, hingga tidak terjadi desak-desakan di pintunya seperti hari itu. Abdullah bin Abbas membagi satu hari dalam satu minggu khusus untuk mempelajari ilmu tafsir. Satu hari berikutnya khusus untuk mempelajari ilmu fikih. Satu hari berikutnya khusus untuk mempelajari sejarah peperangan Rasulullah, satu hari berikutnya khusus untuk mempelajari syair, satu hari berikutnya khusus untuk mempelajari hari-hari orang Arab. Semua orang alim yang duduk di majlisnya tunduk padanya. Semua yang bertanya kepadanya pasti akan mendapatkan ilmu.
Abdullah bin Abbas juga merupakan orang yang selalu diajak bermusyawarah oleh para khalifah karena kelebihan ilmunya dan kefakihannya. Meskipun saat itu usianya masih muda.
Apabila Umar bin Khattab memiliki masalah yang sangat sukar diselesaikan, dia memanggil semua sahabatnya. Di antara orang yang dia undang adalah Abdullah bin Abbas. Apabila Abdullah bin Abbas datang, Umar meninggikan tempat duduk Abdullah bin Abbas, sedangkan dia sendiri merendahkan tempat duduknya.
Umar berkata kepadanya, “Saya mempunyai masalah yang sangat berat sekali, hanya orang-orang yang semisalmu yang dapat menyelesaikan masalah tersebut.”
Pernah suatu ketika Umar dikritik karena mengundang Abdullah bin Abbas dan mengikutsertakannya dalam kumpulan para sahabat. Abdullah bin Mas’ud masih terlalu muda, alasan mereka. Lalu Umar bin Khattab menjawab, “Sungguh Abdullah bin Abbas adalah pemuda yang berfikiran dewasa, mempunyai lisan yang selalu bertanya, mempunyai akal yang cerdas.”
Meskipun Abdullah bin Abbas selalu pergi untuk mengajarkan ilmu kepada orang-orang tertentu namun dia tidak melupakan haknya kepada orang-orang awam. Dia juga mempunyai majlis untuk memberikan nasihat dan peringatan.
Di antara nasihatnya ialah, nasihat  kepada para pelaku dosa,
“Wahai para pelaku dosa, janganlah kalian merasa aman dari siksaan yang disebabkan oleh dosa kalian. Ketahuilah, dosa yang kalian lakukan akan selalu diiringi dosa yang lebih besar dari dosa yang kalian lakukan. Ketiadaan rasa malu kepada orang yang berada di sebelah kanan dan kirimu ketika engkau melakukan perbuatan dosa tidaklah mengurangi dosa kalian. Tertawa kalian saat melakukan dosa, sungguh lebih besar dosanya daripada dosa yang kalian lakukan. Kalian melakukan perbuatan dosa, padahal kalian tidak tahu apa yang akan Allah perbuat untuk kalian. Kebahagiaan kalian ketika berhasil  melakukan dosa, lebih besar dosanya daripada dosa yang kalian lakukan. Kesedihan kalian karena tidak bisa melakukan dosa, merupakan dosa yang lebih besar daripada dosa itu sendiri. Ketakutan kalian jika perbuatan dosa yang kalian lakukan diketahui manusia adalah dosa yang lebih besar dari dosa yang kalian lakukan. Apalagi jika hati kalian pada waktu itu tidak sedikitpun ada rasa takut dengan pengawasan Allah. Wahai para pelaku dosa, tahukan kalian apa dosa nabi Ayyub As. ketika Allah menimpakan cobaan pada diri dan hartanya? Dosanya pada waktu itu hanyalah karena dia tidak memberikan pertolongan kepada orang yang datang meminta tolong padanya.”
****
Abdullah bin Abbas bukanlah merupakan tipe orang yang mengatakan apa yang tidak dia lakukan, bukan pula seperti orang yang melarang sesuatu padahal dia sendiri melakukannya. Abdullah bin Abbas adalah orang yang ahli puasa di siang hari dan ahli shalat tahajjud pada malam hari.
Abdullah bin Malikah menceritakan tentang Abdullah bin Abbas. Dia berkata, “Dulu aku pernah menemani Abdullah bin Abbas bepergian dari Makkah menuju Madinah. Apabila kami singgah di sebuah rumah, kami melakukan shalat di separuh malam ketika semua manusia tertidur karena kecapekan yang luar biasa. Pada suatu malam aku melihatnya membaca ayat,
وَ جآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيْدُ
“Dan datanglah sakaratul maut dengan nyata, pada waktu itu kalian tidak bisa melarikan diri…”(Qaf:19)
Abdullah bin Abbas mengulang-ulang ayat itu dan menangis dengan suara yang keras hingga matahari terbit.”
****
Setelah kita mengenal Abdullah bin Abbas, cukuplah bagi kita untuk mengatakan bahwa Abdullah bin Abbas adalah orang yang paling menawan di antara semua manusia dan paling cerah wajahnya. Abdullah bin Abbas selalu menangis di tengah malam karena takut kepada Allah hingga air matanya yang deras meninggalkan dua bekas pada kedua pipinya yang indah. Bekas itu menyerupai bekas tali sandal.
Abdullah bin Abbas mencapai puncak kemuliaan ilmu yang paling tinggi. Hal itu terbukti ketika pada suatu hari khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan keluar untuk menunaikan ibadah haji. Abdullah bin Abbas pada waktu itu juga keluar untuk menunaikan ibadah haji. Waktu itu Abdullah bin Abbas tidak memiliki kekuasaan atau kerajaan. Muawiyah membawa rombongan yang sangat banyak yang terdiri dari para pegawai pemerintahannya. Namun ternyata Abdullah bin Abbas juga mempunyai rombongan yang sangat banyak melebihi rombongan khalifah Muawiyah. Rombongan tersebut adalah para pencari ilmu.
Abdullah bin Abbas hidup di dunia selama 71 tahun. Selama hidupnya dia memenuhi dunia dengan ilmu, hikmah dan takwa.
Ketika Abdullah bin Abbas meninggal dunia, Muhammad bin Hanafiyyah[2] juga turut menyolatkannya. Sedangkan yang lainnya ialah para sahabat yang masih hidup dan juga para tabi’in.
Ketika mereka menaburkan tanah di atas kuburannya, tiba-tiba mereka mendengar seseorang yang membaca,
Artinya,
“Wahai jiwa-jiwa yang tenang. Kembalilah kepada tuhanMu dengan hati yang ridha dan diridhai * Masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu dan masuklah surgaKu. (al-Fajr: 27-30) [3]

Senin, 14 Februari 2011

Ali Bin Abi Tholib

Berbicaralah dengan manusia dengan bahasa yang mudah dipahami (Ali ra).
Dilahirkan di Mekkah 32 tahun sejak kelahiran Rasulullah dan 10 tahun sebelum kenabian Muhammad bin Abdullah (Rasulullah). Nama lengkapnya Ali bin Abu Tholib bin Abdul Mutholib bin Hasyim al-Qursy al-Hasyimy. Satu kakek dengan Rasulullah, yaitu kakek pertama; Abdul Mutholin. Nama panggilannya Abul Hasan, kemudian Rasulullah memberikan nama panggilan lain, yaitu Abu Turob. Ibunya bernama Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdul Manaf al-Qursyiah al-Hasyimiah.
Mengenai pribadinya, wajahnya tampan, beliau berkulit sawo matang, kepalanya botak kecuali bagian belakang, matanya lebar dan hitam, pundaknya lebar (kuat), tangan dan lengannya kuat, badanya besar hampir-hampir gemuk dan tubuhnya tidak tinggi dan tidak pendek (sedang). Beliau adalah sosok laki-laki ceria dan banyak tertawa.
Pada tahun 2 Hijriah, Rasulullah menikahkan dengan putrinya, Fatimah. Beliau belum pernah menikah ketika menikahi Fatimah hingga wafatnya Fatimah. Fatimah wafat 6 bulan setelah wafatnya Rasulullah. Selama hidupnya beliau menikahi 9 wanita dengan 29 anak; 14 laki-laki dan 15 perempuan. Diantara putra beliau yang terkenal adalah Hasan, Husain, Muhammad bin al-Hanifah, Abbas dan Umar.
Pada masa jahiliyah(zaman sebelum kedatangan Islam), beliau belum pernah melakukan kemusyrikan dan perbuatan yang dilarang oleh Islam. Dalam sejarah kemunculan Islam, beliau termasuk golongan pertama yang masuk Islam dari anak-anak. Umurnya waktu itu 10 tahun. Pada waktu terjadi peristiwa hijrah umurnya 23 tahun dan ikut berhijrah bersama Rasulullah.
Setelah wafatnya Utsman akibat serangan yang dilakukan oleh pembrontak, beliau menjadi kholifah yang keempat pada tahun 35 Hijriah. Selama 4 tahun, 8 bulan dan 22 hari beliau memangku jabatan sebagai kholifah.
Beliau wafat pada tahun 40 Hijriah, tanggal 17 ramadhan, ketika hendak sholat subuh, di Kuffah (Iraq) setelah dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam (pengikut Khawarij). Umurnya ketika itu 63 tahun. Beliau wafat sebagai seorang syahid dan termasuk 10 orang yang dikabarkan akan masuk surga sebagaimana disabdakan Rasulullah. Mengenai tempat dikuburkannya para sejarawan berbeda pendapat. Ada yang mengatakan dikubur di Kuffah. Pendapat lain dikuburkan di Madinah. Ada juga yang mengatakan bukan pada keduanya.
Betapa besar pengorbanan beliau dalam membela Islam. Ketika orang-orang musyrik bersepakat hendak membunuh Rasulullah, beliau menempati tempat tidur Rasulullah di rumahnya. Malam itu Rasulullah berhijrah.
Sebelum Rasulullah wafat, Rasulullah mengingkat persaudaraan antar Ali dan Sahal bin Hanif. Semua peperangan pada masa Rasulullah kecuali perang Tabuk, beliau tidak ikut. Waktu itu beliau diperintahkan Rasulullah untuk mengurusi dan memimpin kota Madinah. Kemudian orang-orang munafik menyebarkan fitnah atas pribadinya. Beliau pun akhirnya datang kepada Rasulullah melaporkan fitnah orang munafik terhadapnya. “Wahai Rasulullah, Kamu suruh aku memimpin bagi para wanita dan anak-anak?” tanya Ali. Rasulullah menjawab; “ Tidakkah kamu ridho menempati kedudukan Harun bagi kekuasaan Musa (untuk mengurusi perkara yang penting), padahal kamu tahu bahwa tidak ada nabi setelahku”(HR.Muslim). Dalam banyak peperangan, beliaulah yang membawa bendera Rasulullah (Islam).
Pada waktu terjadi perang Khoibar, Rasulullah bersabda; “ suatu saat nanti, niscaya aku akan berikan bendera (islam) kepada seseorang yang tangganya terbuka, seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Malam itu semua sahabat bertanya-bertanya dalam hati, kepada siapa bendera itu diberikan. Paginya, mereka semua berharap menjadi orang yang diberi bendera itu. Tiba-tiba Rasulullah berkata; “Di na Ali?” seseorang menjawab; “Matanya sedang sakit.” Kemudian Rasulullah mendatanginya. Rasulullah meludahi matanya sambil berdo’a. Dengan izin Allah, sakitnya matanya hilang. Bendera itu pun diberikan padanya(HR.Bukhori).
Masa kekhalifannya banyak menghadapi perselisihan. Muawwiyah bin Abu Sufyan r.a. dan beberapa sahabat menentangnya kerena beliau lambat memberikan hukum qisos pembunuh Utsman. Hingga kemudian mereka enggan membaiat dan mengakui menjadi kholifah. Dari sinilah muncul perselisihan antara para sahabat. Pada tahun 36 Hijriah terjadi peristiwa al-Jamal yaitu perselisihan antara Ali dengan Aisyah. Pada tahun 37 Hijriah terjadi pertiwa Shiffin, yaitu perselisihan antara Ali dengan Muawwiyah. Pada tahun 40 Hijriah terjadi peristiwa Nahrawan, yaitu perselisihan antara Ali dengan kaum Khawarij.
Kurang lebih ada 586 hadits yang diriwayatkan beliau. Diantara riwayat hadits itu; ketika hari kiamat, Rasulullah bersabda; “Allah mengisi rumah-rumah dan kuburan manusia dengan api. Mereka sibuk hingga melupakan sholat wusto (ashar) hingga matahari terbenam (HR.Bukhori).
Diantara kata-kata dan nasehat beliau;
    • “Takwa adalah takut kepada Dzat yang Agung, melaksanakan perintahnya, ridho dengan yang sedikit, penuh persiapan untuk menghadapi perjalan panjang (kematian).”
    • “Berbicaralah dengan manusia dengan bahasa yang mudah dipahami. Apakah kalian ingin mendustakan Allah dan Rasul-Nya.
    • “Jangan Sekali-kali berbuat dholim jika kamu diberi kekuasaan, kedholiman adalah sumber kejahatan yang menyebabkan penyeselan. Boleh jadi matamu tertidur pulas, sedangkan mata orang teraniaya selalu terjaga, mendoakan kamu (dengan keburukan) sedangkan Allah tidak pernah tertidur.” (diantara syair-syairnya)
    • Sebelum wafatnya beliau berpesan; “Aku nasehatkan kalian supaya bertakwa kepada Allah, Tuhan Kalian. Dan jangan sekali-kali mati melainkan tetap dalam Islam. Firman Allah: “Dan berpegang teguhlah kalian kepada tali Allah dan jangan sekali-kali bercerai berai.” Saya pernah mendengar

Utsman Bin Affan

Maka niscaya Allah akan cukupkan bagi kalian…(QS.Al-Baqoroh;138)
Dilahirkan di Mekkah, 5 tahun setelah kelahiran Rasulullah atau 5 tahun setelah terjadi peristiwa gajah (peristiwa penyerbuan gajah terhadap Ka’bah yang dipimpin oleh Raja Abraha). Peristiwa ini diabadikan dalam salah satu surah al-Qur’an yang dikenal dengan surah al-Feil (gajah).
Nama lengapnya “Ustman bin Affan bin Abu al-‘Ashi bin Ummayah bin Abdussyam bin Abdul Manaf. Nama panggilannya Abu Abdullah dan gelarnya Dzunnurrain (yang punya dua cahaya). Sebab digelari Dzunnuraian karena Rasulullah menikahikan dua putrinya untukny; Roqqoyah dan Ummu Kultsum. Ketika Ummu Kultsum wafat, Rasulullah berkata; “ Sekiranya kami punya anak perempuan yang ketiga, niscaya aku nikahkan denganmu.” Dari pernikahannya dengan Roqoyyah lahirlah anak laki-laki. Tapi tidak sampai besar anaknya meninggal ketika berumur 6 tahun pada tahun 4 Hijriah. Beliau wafat pada tahun 35 Hijriah berumur 82 tahun. Menjabat sebagai khalifah ketiga selama 12 tahun.
Menikahi 8 wanita, empat diantaranya meninggal yaitu Fakhosyah, Ummul Banin, Ramlah dan Nailah. Dari perkawinannya lahirlah 9 anak laki-laki; Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ashgar, Amru, Umar, Kholid, al-Walid, Sa’id dan Abdul Muluk. Dan 8 anak perempuan.
Selama menjabat sebagai kholifah banyak wilayah yang ditaklukan yaitu Afrika, Ciprus, Thabarstan, Khurosan, Armania, Qauqaz, Karman dan Sajastan. Masa kekhalifannya merupakan masa yang paling makmur dan sejahtera. Konon ceritanya sampai rakyatnya haji berkali-kali. Bahkan seorang budak dijual sesuai berdasarkan berat timbangannya.
Beliau adalah kholifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Bagitu juga membangun armada pasukan laut (merine) untuk umat Islam, mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh kholifah sebelumnya. Abu Bakar dan Umar bin Khotob biasanya mengadili suatu perkara di masjid.
Pada masanya, khutbah Idul fitri dan adha didahulukan sebelum sholat. Begitu juga adhan pertama pada sholat Jum’at. Beliau memerintahkan umat Islam pada waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-tanah yang kosong untuk kepentingan pertanian.
Beliau adalah sosok laki-laki yang tampan dan gagah. Kulitnya berwarna agak hitam, botak,berjenggot tegal dan pergelanggan tanggannya besar. Pribadinya sangat pemalu hingga suatu ketika baju Rasulullah tersingkap hingga kelihatan pahanya. Kemudian Abu Bakar dan Umar masuk rumahnya. Pada waktu Utsman hendak minta izin masuk, Rasulullah menutup pahanya yang terbuka. Utsman berkata; “Ingat, aku betul-betul malu dengan seorang yang malaikat sendiri merasa malu dengannya.”
Perjuangannya dalam membela Islam tidak hanya dengan hartanya saja. Tapi juga raga dan nyawanya. Beliau sangat senang mengeluarkan hartanya demi kepentingan Islam. Hingga pernah mengirimkan setengah pasukan ke medan perang dengan hartanya. Pernah mendermakan 300 unta dan 50 kuda tunggangan. Begitu juga mendermakan 1000 dinar yang diserahkan langsung kepada Rasulullah. Rasulullah pun berkata; “Apa yang diperbuat pada hari ini, Utsman tidak akan merugi (di akherat)”(HR.Tirmidhi). pada waktu orang-orang membutuhkan air untuk keperluan dirinya dan hewan ternaknya, Utsman membeli sumber mata air dari Raimah, seorang yahudi, untuk diwakafkan kepada umum. Mengenai kedermawannya, Abu Hurairah berkata; “Utsman bin Affan sudah membeli surga dari Rasulullah dua kali; pertama ketika mendermakan hartanya untuk mengirimkan pasukan ke medan perang. Kedua ketika membeli sumber air (dari Raimah)”(HR.Tirmidhi).
Beliau termasuk 10 orang yang dikabarkan akan masuk surga. Dalam menjalani hidupnya, beliau sangat takut dengan azab dan siksa Allah. Hingga suatu ketika berkata; “Sekiranya diriku berada di antara surga dan neraka dan saya tidak tahu mana diantara dua itu saya aka masuk, niscaya saya akan pilih menjadi abu sebelum aku tahu ke mana saya dimasukkan.” Rasulullah pernah mengkabarkan bahwa dirinya termasuk ahli surga karena sabar dan tawakal menghadapi cobaan dan derita dari Allah. Begitu fitnah yang menimpa dirinya hingga akhirnya terbunuh secara kejam dan dholim.
Pada waktu perang Uhud, beliau berdiri bersama Rasulullah, Abu Bakar dan Umar. Tiba-tiba gunung itu bergetar, kemudian Rasulullah berkata; “Mohon jangan lari, tetap berada di Uhud. Jangan takut, kamu bersama nabi, Abu Bakar dan dua orang saksi”(HR.Bukhori).
Pada masa kekhalifahanya, Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi yang pura-pura masuk Islam, mengumpulkan massa untuk melakukan protes terhadap Utsman. Mereka menuntut Utsman agar tidak menunjuk orang-orang yang duduk di pemerintahannya dari keluarga Utsman. Utsman bukanlah kholifah yang rakus akan harta benda dan kekuasaan. Ijtihad Utsman dalam menentukan orang-orang yang menjabat di pemerintahnya didasarkan pada kompetensi dan kecakapan. Mereka yang dipilih adalah orang-orang yang ahli di bidangnya. Lebih dari itu mereka adalah orang-orang yang takwa. Dalam peristiwa ini, Utsman dibunuh ketika sedang membaca al-Qur’an di rumahnya pada waktu pagi hari raya Idul Adha. Beliau mati syahid pada tahun 35 Hijriah berumur 82.
Dari Abdullah bin ar-Rumy berkata, “Utsman bin Affan biasanya kalau berdiri di depan kubur menanggis hingga air matanya membasai jenggotnya. Seseorang bertanya, “Kamu ingat surga dan neraka tapi kamu tidak menanggis. Kamu ingat kubur tapi kamu menanggis?” Beliau menjawab, “Saya mendengar Rasulullah bersabda “Kubur adalah rumah pertama dari rumah-rumah menuju akherat. Sekiranya orang selamat dari siksa kubur, maka setelahnya akan menjadi mudah. Jika tidak selamat maka setelahnya akan terasa berat dan susah.” Dari al-Hasan berkata, “Saya lihat Utsman tidur di masjid dengan berselimut. Tidak ada seorang pun di sekitarnya. Padahal beliau adalah seorang amirul-mukminin”(al-Hilyah;1/60).
Inilah sejarah kali pertama darah mengalir bercucuran dari tubuhnya sebagaimana disebutkan dalam firman Allah; “Maka niscaya Allah akan cukupkan bagi kalian…(QS.Al-Baqoroh;138). Beliau dimakamkan di kuburan Baqi’ (kuburan yang berada samping masjid Nabawi) setelah melarang untuk ikut mengantar jenazah bagi orang-orang yang melakukan protes.

Umar Bin Khotob

syetan tidak akan mampu menghalangi jalanmu.(hadits)

Lahir 40 tahun sebelum hijrah Rasulullah. Nama lengkapnya Umar bin Khottob bin Nafail bin Abdul ‘Izzy al-Qursy. Nama pangilannya adalah Abu Hafsh (anak singa). Ayahnya, al-Khottob bin Nufail al-Adwy adalah seorang yang gagah berani. Ibunya, Hantamah binti Hasyim bin al-Mughiroh. Gelarnya al-Faaruq (pembeda/pemisah antara yang benar dengan yang batil). Pada masa jahiliyah menikah dengan kerabat dekatnya, Ummu Kultsum binti Jaruul. Sesudah masuk Islam, menikah dengn Zaenab bin Ma’dhun, Ummu Kultsum binti Ali ra., Jamilah binti Tsabit, Ummu Hakim binti al-Harits, ‘Atakah binti Zaid, Sabi’ah binti al-Harits. Dari perkawinannya lahir 12 anak. 6 anak laki-laki; Abdullah, Abdurrahman, Zaid, Ubaidillah, ‘Ashim dan ‘Iyadh. 7 anak perempuan; Hafsah,Roqiyah, Fatimah, Shofiyah, Zainab dan Ummul Walid.
Beliau memeluk Islam pada tahun ke-enam dari kenabian Muhammad SAW pada waktu berumur 27 tahun. Dari Ibn Umar diceritakan bahwa Rasulullah berdo’a, “Ya Allah muliakan Islam dengan salah satu dari orang yang lebih Engkau cintai; Abu Jahal atau Umar bin Khottob.” “Dan orang yang paling Allah cintai adalah Umar bin Khottob” kata Rasulullah (HR.Ahmad). Sebab beliau orang pertama yang menyatakan secara terang-terang keislamannya.
Semasa remaja, beliau terkenal sangat keras dan kuat pendirianya di kalangan kaum Quraisy. Pandai membaca dan menulis. Di masa jahiliyah beliau juga dikenal sebagai duta besar dan sangat disegani. Mengenai pribadinya, as-Syifa’ binti Abdullah berkata; “Kalau sudah bicara, suaranya terdengar kemana-mana, kalau jalan cepat, kalau mukul buat orang sakit. Sesunguhnya beliau adalah seorang ahli ibadah (an-naasik).”
Dalam sejarah Islam permulaan tahun dan penanggalan dimulai dari peristiwa hijrahnya Rasulullah dari Mekkah ke Madinah.
Sebelum masuk Islam, beliau adalah orang yang sangat benci dan menentang Islam. Maklum, beliau adalah orang yang disegani di kalangan Quraisy karena wataknya yang keras dan susah kompromi. Disamping itu beliau adalah ‘ikon pejuang’ kebanggaan sukunya. Konon ceritanya “sekiranya keledai Umar masuk Islam, tidak mungkin Umar akan ikut masuk Islam.”
Sejarah masuknya Umar dalam ajaran Islam sangatlah unik dan menarik. Disebutkan bahwa suatu hari Umar sedang jalan. Tiba-tiba terdengar suara orang mengaji al-Qur’an. Didatangilah suara aneh itu. Maklum suara itu belum pernah didengarnya sebalum itu. Sampailah Umar ke sumber suara itu. Ternyata dilihatnya Khobab bin ar-Art sedang mengajari ngaji Fatimah, saudaranya. Seketika Umar wajahnya sangat geram dan memukul Fatimah. Umar meminta supaya mushaf itu diberikannya. Tapi Fatimah menolaknya kecuali dengan syarat kalau Umar sudah bersuci dulu. Lalu Umar pun memenuhi syarat itu. Umar pun kemudian bersuci dengan mandi. Setelah itu dibacanya mushaf al-Qur’an itu. Waktu itu yang dibaca surat Thoha. Tanpa disadari Allah telah membukakan hatinya. Kemudian Umar pergi ke rumah al-Arqom bin ar-Arqom dan menyatakan masuk Islam di depan Rasulullah tiga hari setelah Hamzah bin Abdul Mutholib masuk Islam. Menurut pendapat yang masyhur, beliau masuk Islam pada tahun ke-6 kenabian Muhammad. Orang nomer 40 dalam urutan orang-orang yang masuk Islam. Masuknya Umar dalam ajaran Islam adalah bukti dari kecintaan dan kemulian Allah. Begitu juga jawaban atas do’a yang pernah dibacakan Rasulullah. Suatu ketika Rasulullah pernah berdoa; “Ya Allah, tinggikan dan muliakan Islam salah satu dari orang yang paling Engkau cinta; Abu Jahal danUmar bin Khotob.” (HR.at-Tirmidhi,hadits hasan sohih ghorib). Masuknya Umar dalam barisan orang-orang Islam waktu itu merupakan kegembiraan dan menjadi penyemangat bagi yang lain. Sebab beliau diantara orang yang berpengaruh di kaumnya. Maka dengan masuknya Islam, sedikit banyak mempengaruhi ‘imej’ masyarakat. Dalam hal ini Ibn Mas’ud berkata; “Kami masih tetap menjadi mulia sejak Umar masuk Islam.” Mengenai keislamanya Rasulullah berkata; “Sesunguhnya Allah telah menjadi kebanaran agama (Islam) melalui lisan/ucapan Umar dan (keteguhan) hatinya”(HR.Tirmidhi). Di hadits lain disebutkan; “ Dahulu kala umat-umat sebelum kalian mempunyai pahlawan yang selalu menjadi buah bibir (pembicaraan), sekiranya umatku dibandingkan dengan umat-umat terdahalu, maka Umar bin Khotob pahlawannya (HR.Bukhori). Mengenai pribadinya Rasulullah berkata; “Demi Jiwaku yang ada di genggam-Nya, syetan tidak akan mungkin dapat menghalangi jalanmu, melainkan jalan orang selain kamu” (HR. Bukhori).
Ada enam perkara yang diusulkan Umar hingga akhirnya turun wahyu membenarkan usulannya itu. Pertama mengenai haramnya khomer. Maka turunlah ayat larangan minum khomer. Kedua; usulan supaya tawanan perang Badr dibunuh dan tidak boleh menerima tebusan darinya. Maka turunlah ayat yang menguatkan pendapatnya itu. Ketiga; usulan supaya istri-istri Rasulullah memakai hijab (kerudung). Maka turunlah ayat yang memerintahkan memakai hijab. Keempat, usulan supaya orang-orang munafik yang meninggal tidak usah disholati. Maka turunlah ayat yang melarang sholat mayit untuk orang-orang munafik. Kelima, usulan untuk melakukan sholat di maqom (tempat) Ibrahim. Maka turunlah ayat yang memerintahkan sholat di maqom Ibrahim. Keenam, ketika istri-istri saling cemburu terhadap Rasulullah, Umar berkata; “Semoga saja Tuhannya menganti istri-istri yang lebih baik dari kalian sekiranya memang menceraikan kalian.” Dari situlah turun surah at-Tahrim dan menjadi bagian dari ayat-ayatnya. Begitupula diantara pendapatnya adalah memarangi orang-orang yang murtad dan menunda memerangi orang-orang yang engan membayar zakat karena kondisi negara yang sangat lemah. Tetapi pendapatnya itu ditolak Abu Bakar. Akhirnya pun Umar menerima pendapat Abu Bakar setelah Allah memberikan pencerahan dalam hatinya.
Setelah wafatnya Rasulullah, beliau orang yang pertama membaiat Abu Bakar menjadi kholifah. Sebelum wafatnya Abu bakar, kholifah pertama, beliau pernah mencalonkan Umar untuk mengantikannya. Setelah dipilih menjadi kholifah, pertama-tama yang dilakukan adalah memerangi orang-orang murtad (keluar dari Islamm) hingga para tawanan tidak menjadi cacat dan cela bagi bagi bangsa Arab. Pada masa kekholifannya, beliau berhasil mentaklukan Syam (Syiria), Irak, Persia (Iran), Mesir, Barqoh, Barat Tripolis, Azarbaijan, Nahawan dan Jarjan. Begitu juga pada masanya dibangun kota Kuffah, Basroh dan Fustat (kota Mesir kuno). Beliau adalah sosok yang sangat penyayang dengan rakyatnya dan penuh perhatian terhadap kepentingan rakyatnya. Diceritakan bahwa beliau datang menjumpai rakyatnya dengan menyamar sebagai orang biasa. Beliau ingin mendengar langsung keluhan rakyat dan memenuhi kebutuhannya. Dengan cara ini, beliau ingin mengajarkan kepada umat Islam bahwa penguasa adalah pembantu rakyat. Hidupnya didedikasikan dan curahkan untuk membantu rakyat.
Sebelum wafatnya, beliau pernah mimpi melihat seekor ayam jago mematuk tubuhnya. Mimpi itu ditakwilkan bahwa ajalnya sudah dekat. Tidak lama sesudah mimpi itu, tepatnya tahun 23 H, ketika sedang sholat subuh, Abu Lukluk al-Fairuz menikam tubuhnya dengan pisau. Abu Lukluk adalah anak al-Mughiroh bin Syu’bah, orang persia yang beragama Majusi. Lukanya cukup parah hingga hanya bertahan tiga hari. Dan setelah itu wafat sebagai seorang syahid yang berjuang di jalan Allah. Selama menahan sakit akibat tikaman pisau, beliau memilih dan merekomendasi 6 sahabat supaya kaum muslimin memilih satu diantara calon kholifah itu. Akhirnya terpilihlah Utsman sebagai pengantinya.
Beliau dimakamkan di kamar Aisyah berdampingan dengan makan Rasulullah dan Abu Bakar. Masa kekhalifahnya 10 tahun,6 bulan dan 4 hari. Umur beliau ketika wafat 63 tahun seperti umur Rasulullah dan Abu Bakar ketika wafat.
Diantara prestasi selama menjadi kholifah yaitu membuat pembukuan mengenai anggaran negara dan pengunaan alat-alat negara untuk dipertanggungjawabkan di depan rakyat. Hingga kemudian melahirkan undang-undang pengunaan alat negara (min aina hadha?). Dalam sejarah Islam, beliau orang pertama yang mengunakan penanggakan Hijriah, orang pertama yang digelari Amirul Mukminin, orang pertama yang berjalan kaki untuk menjenguk rakyatnya pada waktu malam, orang pertama kali yang mengadakan muktamar para penguasa dan pemimpin kaum pada musim tertentu, orang pertama kali yang mengunakan mutiara untuk perhiasan, orang pertama yang melakukan sholat tarawih dengan berjamaah, orang pertama yang menghidupkan malam-malam ramadhan, orang pertama yang melakukan sholat jenazah berjamaah dengan 4 takbir, orang pertama yang memberi hadiah untuk penghafal al-Qur’an, orang pertama yang menjadikan khilafah sebagai lembaga musyawarah. Disamping itu beliau juga menyuruh umat Islam (waktu itu) untuk melakukan sholat sunnah tarawih di bulan Ramadhan secara berjama’ah dengan tujuan untuk mengeratkan ukhuwah dan menjaga syiar agama.
Diantara nasehat dan petuahnya;
“Suatu perkara akan menjadi baik jika memenuhi tiga hal; melaksanakan amanah, memberi contoh dan menghukumi dengan hukum Allah.”
“Harta menjadi barokah dan bermakna jika memenuhi tiga hal; diperolehnya dengan cara yang hak, diberikan dengan cara yang hak dan tidak tercampuri barang batil (haram/bukan haknya).”
“Wahai Ahnaf, barangsiapa banyak tertawa, wibawanya berkurang dan barangsiapa suka bergurau, maka akan diremehkan, barangsiapa memperbanyak sesuatu maka akan dikenal dengan barang itu, siapa banyak biacara banyak salahnya, siapa banyak salahnya sedikit rasa malunya, siapa sedikit rasa malunya maka sedikit pula wara’nya (sikap hati2 dalam menjaga yang haram) dan siapa yang sedikit wara’nya, maka hatinya mati.”
Mengenai wasiatnya. Hayyawah bin Syarih berkata bahwa pada waktu mengutus tentara ke medan perang beliau berkata, “Hendaklah kalian tetap menjaga takwa kepada Allah.” Bismillah dan atas pertolongan Allah. Tanda-tangani perjanjian ini dengan memohon pertolongan Allah dan kemenangan. Dan selalu berlaku benar dan sabar. Perangilah orang kafir dan jangan kalian melampui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang melampui batas. Kemudian jangan kalian lari ketika bertemu musuh dan jangan berprilaku buruk, berlebih-lebihan dalam bersikap, banyak ngobrol ketika berperang. Jangan bunuh wanita, orang tua, anak kecil…”
Diantara doa yang biasa beliau lakukan adalah;
“Allahumma tawaffani ma’al abror, wala tukholifni fil asror, wa qini ‘azabannar, wa alhiqni bil abror”
Beliau wafat setelah terkena tikaman pada pagi hari Rabu, Dzulhijjah 23 Hijriah. waktu itu berumur 63 tahun seperti umurnya Rasulullah dan Abu Bakar ketika wafat. Masa kekhalifahannya 10 tahun, 5 bulan dan 21 hari.
Selama hidupnya, beliau telah meriwayatkan kurang lebih 527 hadits, diantara riwayat haditsnya; suatu ketika Rasulullah bersabda; “Sesungguhnya amalan (perbuatan) itu bergantung pada niatnya. Dan setiap seseorang itu mendapatkan apa yang diniatkan. Barangsiapa berhijrah karena ingin mendapatkan kenikmatan dunia atau wanita yang hendak dinikahi maka hijrahnya itu tidak diniatkan untuk Allah tapi untuk kenikmatan dunia dan wanita.”

Sabtu, 12 Februari 2011

Abu Bakar As-sidiq

jika aku berbuat salah maka kalian wajib meluruskan dan mengingatkan.

Beliau lahir dua tahun beberapa bulan setelah kelahiran Rasulullah Saw di kota Mekkah. Atau pada tahun 51 sebelum Hijriah (751 M). Nama lengkapanya Abdullah bin Utsman bin ‘Amir bin Ka’ab at-Taimy al-Qursy. Dulunya bernama Abdul Ka’bah, kemudian Rasulullah mengantinya dengan nama Abdullah. Gelarnya As-Sidiq; orang percaya. Ketika terjadi peristiwa Isro’ dan Mi’roj, beliaulah termasuk orang pertama yang percaya dengan peristiwa itu. Maka beliau digelari as-Siddiq. Nama panggilanya Abu Bakar. Ibunya bernama ummul Khoir Salma binti Shahr bin ‘Amir .
Di kalangan kaumnya dikenal dengan al-‘Atiq. Konon ceritanya Rasulullah pernah berkata; “Kamu adalah hamba Allah yang dijauhkan (‘Atiq) dari api neraka”. Maka sejak itulah terkenal di kalangan sahabat dengan sebutan al-‘Atiq. Pendapat lain mengatakan karena wajahnya yang ganteng. Pendapat lain karena banyak memerdekakan budak muslim seperti Bilal. Pendapat lain karena tidak ada cacat dalam nasabnya.
Mengenai pribadinya, Ibn Asakir meriwayatkan dari Abdullah bin az-Zubair, “Ketika para sahabat sedang kumpul dalam suatu majlis, seseorang bertanya kepada Abu Bakar. “Apakah kamu pernah minum khomer pada masa Jahiliyah?” kata orang itu. Beliau menjawab, “Aku berlingung kepada Allah. “Kenapa” orang itu bertanya. “Saya dapat menjaga kehormatan diriku dan muruah. Sebab orang yang minum khomer hilang kehormatannya dan muruahnya” jawab Abu Bakar. Orang pun melaporkan kepada Rasulullah. Rasulullah berkata, “Abu Bakar benar. Abu Bakar benar.” Dari Aisyah ‘Aisyah r.a. berkata, “Demi Allah, Abu Bakar r.a. belum pernah membaca syair pada masa Jahiliyah dan Islam. Beliau dan Utsman bin ‘Affan tidak pernah meminum khomer/arak.”
Pada waktu Rasulullah wafat, kaum muslimin mulai guncang dan kebinggungan akan keberlangsungan Islam. Melihat kondisi yang sangat membahayakan ini, beliau dengan lantang berkata; “ Siapa diantara kalian yang menyembah Muhammad (Rasulullah), maka Muhammad sudah wafat. Tapi barangsiapa menyembah Allah SWT maka Allah SWT itu hidup dan tidak akan mati.” Mendengar ucapan itu, maka tenanglah hati umat Islam. Hingga akhirnya Allah SWT menguatkan keimanan mereka.
Selepas Rasululllah wafat, beliau diangkat menjadi kholifah oleh kaum muslimin pada tahun 11 H. inilah sejarah pergantian kempimpinan umat Islam untuk pertama kali yang didasarkan pada syuro’ (musyawarah). Pada waktu dipilih menjadi kholifah beliau berkata; “Aku diangkat menjadi pemimpin kalian tapi bukan berarti aku yang paling baik dari kalian. Sekiranya aku melakukan kebaikan maka kalian harus menolongnya dan sekiranya aku berbuat salah maka kalian wajib meluruskan dan mengingatkan. Kejujuran adalah amanah dan berdusta adalah khianat dan pengingkaran terhadap yang benar. Orang-orang yang lemah diantara kalian, bagiku adalah orang kuat hingga aku memberikan haknya. Dan orang-orang yang kuat diantara kalian, bagiku adalah lemah hingga aku ambil hak-hak itu darinya.”
Istri-istri beliau; Ummu Rumman binti ‘Amir, Qutailah binti Abdul Izza, Asma’ binti ‘Umais dan Habibah binti Khorijah. Lahir dari perkawinnya tiga anak laki-laki dan tiga perempuan. Tiga anak laki-laki itu; Abdullah, Abdurrahman dan Muhammad. 3 anak perempuannya; Asma’, Aisyah (istri Rasulullah) dan Ummu Kultsum.
Beliau menjabat sebagai kholifah selama dua tahun dan tiga bulan. Wafat pada tahun 12 H berumur 63 tahun, seperti umur Rasulullah ketika wafat. Dikuburkan di dekat kuburan Rasulullah di kamar Aisyah RA. Sebelum wafatnya, beliau pernah berwasiat kepada Umar bin Khottob untuk menjadi kholifah.
Beliau sangat pandai dalam ilmu nasab (silsisah keturunan) suku dan juga penceritaannya. Beliau termasuk dari ketua-ketua Quraisy di masa Jahiliyah yang disegani dan senangi karena sikapnya yang bijak. Selama hidupnya belum pernah minum khomer dan menyembah patung. Ketika di Yaman, seorang syeik dari al-Azd pernah memberitahu tentang hadirnya kenabian Muhammad Saw. Beliau orang pertama yang meyakini dan mempercayai kenabian Muhammad. Seperti halnya berita yang disampaikan Waroqoh bin Naufal kepada beliau mengenai kenabian Muhammad Saw.
Pada waktu hijrah, beliau menjadi teman Rasulullah dalam perjalanan hijrah itu, begitu juga ketika Rasulullah berada di gua Hira. Hal ini bisa dibaca dalam firman Allah; “…sedang ia salah seorang dari dua sahabat pada waktu di gua Hiro..(QS.at-taubah:40). Ketika melakukan ibadah haji beliau orang pertama menjadi amir (ketua) rombongan kaum muslimin dalam haji tersebut dan orang pertama yang menjadi imam sholat setelah wafatnya Rasulullah.
Diantara orang-orang yang memeluk Islam atas jasanya adalah; az-Zubair bin al-Awwa, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin ‘Auf, Saad bin Abu Waqos, Tholhah bin Ubaidillah, Abu ‘Ubaidah bin Jarrah. Mereka termasuk 10 orang-orang yang diberitakan masuk surga. Termasuk beliau juga.
Beliau telah memerdekakan 7 orang; Bilal, ‘Amir bin Fahiroh, Zanirah, Nahdiyah dan anak perempuannya, Jariyah bani Muammal dan Ummu ‘Abis. Mengumpulkan mushaf yang tersebar di pelbagai pelosok. Beliau juga orang yang sangat tegas memerangi orang-orang murtad (keluar dari Islam) dan engan membayar zakat. Pada masa beliau memangku kholifah, syiar Islam tersebar melalui penaklukan ke pelbagai negara. Inilah sejarah awal penaklukan dalam Islam. Ada 142 hadits yang diriwayatkankan. Diantara riwayat hadits dari beliau; Suatu ketika Abu Bakar bertanya kepada Rasulullah. “Wahai Rasulullah, ajarkan kepadaku do’a dalam sholat.” Rasulullah menjawab: “berdoalah dengan ini; “Allahumma inni dholamtu nafsi dhulman katsiro…(Wahai Allah, aku banyak berbuat kedhaliman, tidak ada orang yang boleh berikan ampunan dosa-dosa dholimku kecuali Engkau. Maka berilah ampunana atas semua dosa-dosaku dan berilah kasih sayang dan rahmat. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha Pemberi Ampunan dan Kasih sayang” (HR.Bukhori)
Apa kata Rasulullah mengenai pribadinya: “Tidak seorangpun diantara manusia yang lebih banyak dari Abu Bakar dalam menjaga diriku denganm jiwa dan hartanya. Sekiranya dibolehkan aku menjadikan teman baik diantara manusia niscaya saya jadikan Abu Bakar sebagai teman baik. Akan tetapi pertemanan dan persaudaraan atas nama Islam itu lebih utama. Silahkan kalian tutup setiap pintu untukku di masjid kecuali pintu Abu Bakar (HR.Bukhori).
Dalam hadits lain disebutkan,suatu ketika Rasulullah bertanya kepada para sahabat; “ Siapa diantara kalian yang hari ini berpuasa.” Abu Bakar menjawab; “Saya, wahai baginda Rasul. “Siapa diantara kalian yang telah memberi makan orang miskin?” Abu Bakar menjawab; “Saya, Wahai Rasul.” “Siapa diantara kalian telah mendoakan dan menjenguk orang sakit?” Abu Bakar menjawab; “Saya, wahai baginda Rasul.” Setelah itu Rasulullah bersabda; “Sekiranya sifat dan perbuatan tersebut dilakukan oleh seseorang maka kelak dia akan masuk surga.”
Wasiat Abu Bakar kepada Umar sebelum ajal menjemputnya sebagaimana diceritakan Abdurrahman bin Abdullah bin Sabith “Pada waktu ajal hendak menjemputnya, beliau memangil Umar. Beliau berkata, “Wahai Umar, ingatlah bahwa ada amalan untuk Allah yang dilakukan siang hari yang Allah tidak akan menerima amalan itu di waktu malam. Dan ada amalan untuk Allah yang di malam hari yang tidak akan diterima di waktu siang. Allah tidak menerima amalan sunnah sehingga yang wajib dilaksanakan. Timbangan amal baik di akherat menjadi berat karena mengikuti jalan kebenaran di dunia hingga Allah beratkan timbangan atas mereka. Dan timbangan (baik) manusia berkurang di akherat karena manusia mengikuti jalan sesat/batil selama di dunia
Ketika beliau wafat, Ali bin Tholib berkata; “Semoga Allah memberikan rahmat kepada Abu Bakar, Kamu adalah saudara Rasulullah, kawan dekat, penghibur duka lara, dan kawan dalam bermusyawarah. Kamu adalah orang pertama yang berislam, yang paling ikhlas beriman kepada Allah dan Rasulul-Nya, yang paling baik dalam persahabatan dan paling mulia diantara kaum lainnya. Kamu juga yang paling serupa dengan Rasulullah ketika diam dan gerak. Allah telah angkat derajat namamu, wahai Abu bakar dalam tingkatan yang paling tinggi. Allah berfirman; “ Dan orang yang percaya dengan kenabian Muhammad.
Dalam riwayat Asakir dari al-Ashma’y disebutkan bahwa Abu Bakar jika dipuji beliau berdo’a “Ya Allah Engkau lebih tahu tentang diriku dan saya lebih tahu dari mereka. Ya Allah berikan kebaikan padaku dari apa yang mereka sangkakan. Ampunilah aku dari apa yang mereka tidak tahu dan jangan azab aku dari apa yang mereka katakan.”

Kisah Kijang Dan Anaknya,.

Kijang Dan Anaknya


Diriwayatkan oleh Abu Na'im di dalam kitab 'Al-Hilyah' bahwa seorang lelaki lewat di sisi Nabi SAW. dengan membawa seekor kijang yang ditangkapnya, lalu Allah Taala (Yang berkuasa menjadikan semua benda-benda berkata-kata ) telah menjadikan kijang itu berbicara kepada Nabi SAW : "Wahai Pesuruh Allah, sesungguhnya aku mempunyai beberapa ekor anak yang masih menyusu, dan sekarang aku sudah ditangkap sedangkan mereka sedang kelaparan, oleh itu haraplah perintahkan orang ini melepaskan aku supaya aku dapat menyusukan anak-anakku itu dan sesudah itu aku akan kembali ke mari." Bersabda Rasulullah SAW. "Bagaimana kalau engkau tidak kembali kesini lagi?" Jawab kijang itu: "Kalau aku tidak kembali ke mari, nanti Allah Ta'ala akan melaknatku sebagaimana Ia melaknat orang yang tidak mengucapkan shslawat bagi engkau apabila disebut nama engkau disisinya. "Lalu Nabi SAW. pun bersabda kepada orang itu : "Lepaskan kijang itu buat sementara waktu dan aku jadi penjaminnya. "Kijang itu pun dilepaskan dan kemudian ia kembali ke situ lagi. Maka turunlah malaikat Jibril AS dan berkata : "Wahai Muhammad, Allah Ta'ala mengucapkan salam kepada engkau dan Ia (Allah Ta'ala) berfirman:

"Demi KemuliaanKu dan KehormatanKu, sesungguhnya Aku lebih kasihkan umat Muhammad dari kijang itu kasihkan anak-anaknya dan Aku akan kembalikan mereka kepada engkau sebagaimana kijang itu kembali kepada engkau."

Kamis, 10 Februari 2011

Dakwah Nabi Kepada Kaisar Romawi


Dakwah Nabi Kepada Kaisar

Bazzar telah memberitakan dari Dihyah Al-Kalbi ra. katanya: Aku telah diutus oleh Rasulullah SAW dengan membawa sepucuk surat kepada Kaisar, Pembesar Romawi. Bila aku tiba di negerinya, aku terus mendatanginya, lalu aku serahkan surat itu kepadanya, sedang di sampingnya keponakannya yang berkulit merah, dan berambut lurus. Dia pun membaca surat itu yang berbunyi (Nas surat menyurat itu tersebut di dalam Al-Bidayah Wan-Nihayah 3:83). "Dari Muhammad Utusan Allah, kepada Heraklius, Pembesar Romawi."

Mendengar bunyi surat itu, Pembesar Romawi mulai marah, lalu menyanggah: "Surat ini tidak boleh dibaca sekarang!" dia menyeringai. "Kenapa?" tanya Kaisar. "Dia memulai dengan namanya dulu sebelum engkau. Kemudian dia memanggilmu dengan pembesar Rom, bukan Maharaja Rom!". "Tidak", sambut Kaisar, "biar surat ini dibaca untuk diketahui isinya". Surat Nabi SAW itu terus dibacakan hingga selesai, dan setelah semua pengiring-pengiring Kaisar keluar dari majlisnya, aku pun dipanggil untuk masuk.

Bersamaan dengan itu dipanggilkan Uskup yang mengetahui seluk-beluk agama mereka. Kaisar lalu memberitahu Uskup itu, dan dibacakan sekali lagi surat itu kepadanya. "Inilah yang selalu kita tunggu-tunggu, dan Nabi kita Isa sendiri telah memberitahukan kita lama dulu!" jawab Uskup itu kepada Kaisar. "Apa pendapatmu yang harus aku buat?" tanya Kaisar kepada Uskup. "Kalau engkau tanya pendapatku, aku tentu akan mempercayainya dan akan mengikut ajarannya", jawab Uskup dengan jujur. "Tetapi aku jadi serba salah", kata Kaisar, "Jika aku ikut nasihatmu, akan hilanglah kerajaanku!".

Kami pun keluar meninggalkan tempat itu. Dan kebetulan sekali, waktu itu, Abu Sufyan bin Harb sedang berada di Rom. Abu Sufyan dipanggil oleh Kaisar ke istananya dan ditanyakan tentang diri Muhammad SAW itu.

"Coba engkau beritahu kami tentang orang yang mengaku Nabi di negerimu itu?" tanya Kaisar.

"Dia seorang anak muda", jawab Abu Sufyan.

"Bagaimana kedudukannya dalam pandangan masyarakat kamu, dia mulia?".

"Tentang kedudukannya dan keturunannya, memang tiada siapa yang melebihi kedudukan dan keturunannya!" jawab Abu Sufyan jujur.

"Ini tentulah tanda-tandanya kenabian." Kaisar berbisik-bisik kepada orang-orang yang di sampingnya.

"Bagaimana bicaranya, adakah dia selalu berkata benar?"

"Benar", jawab Abu Sufyan. "Dia memang tidak pemah berkata dusta".

"Ini lagi satu tanda-tandanya kenabian!" Kaisar terus berbisik-bisik kepada orang-orang yang mengiringnya itu. "Baiklah", kata Kaisar lagi. "Orang yang rnengikutnya dari rakyatmu itu, adakah dia meninggalkan agamanya, lalu kembali semula kepadamu?"

"Tidak", jawab Abu Sufyan.

"Ini lagi satu tanda-tandanya kenabian!" kata Kaisar pula. "Adakah terjadi peperangan di antara kamu dengannya?"

"Ada!" jawab Abu Sufyan.

"Siapa yang selalu menang?"

"Kadang-kadang dia mengalahkan kita, dan kadang-kadang kita mengalahkannya", jelas Abu Sufyan.

"Ini lagi satu tanda-tanda kenabian!" kata Kaisar Romawi itu.

Berkata Dihyah Al-Kalbi ra. seterusnya: Maka aku pun dipanggil oleh Kaisar Romawi itu, seraya dia berkata kepadaku: "Sampaikanlah berita kepada pembesarmu itu, bahwa aku tahu dia memang benar Nabi", dia menunjukkan muka yang sungguh benar dalam kata-katanya. "Tetapi apa daya", katanya lagi, "aku tak dapat buat apa-apa, kerana aku tidak bersedia ditumbangkan dari kerajaanku!" Kata Dihyah Al-Kalbi ra. yang menghayati semua peristiwa ini.

Adapun sang Uskup itu pula, maka ramailah orang yang datang ke gerejanya setiap hari Ahad. Dia terus menemui mereka dan menyampaikan semua ajaran Nasrani itu. Memang itulah kerjanya setiap hari Ahad. Tetapi apabila tiba hari Ahad sesudah pertemuan itu, dia terus berdiam di rumahnya, tiada mau keluar seperti biasanya. Sesudah perkenalan hari pertama, memang aku sering datang kepadanya untuk berbicara mengenai agama Islam, dan dia terus-menerus menanyakanku tentang Nabi SAW.

Ahad berikutnya, Uskup itu terus berdiam diri, dan orang ramai merasa kecewa menunggu, namun dia tidak datang juga. Maka datanglah orang ke rumahnya menanyakan kabar, maka dia minta diuzurkan kerana sakit. Hal serupa ini berlangsung sehingga berkali-kali, sehingga orang mencurigainya. Mereka lalu mengirim utusan kepada Uskup itu, memberikan peringatan kepadanya, jika tidak mau datang juga ke gereja untuk menyampaikan ajarannya, maka mereka akan datang beramai-ramai ke rumahnya dan akan membunuhnya, kerana mereka telah menyangka, bahwa sejak datangnya si orang Arab itu ke Rum, sikap Uskup telah banyak berubah.

Uskup Romawi itu pun memanggilku datang ke rumahnya. "Ini suratku, ambillah dan serahkan kepada pembesarmu itu", pesan Uskup itu dengan hati yang tidak tenang. "Sampaikan salamku kepadanya, dan beritahukan bahwa aku bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah, dan bahawasanya Muhammad itu adalah Utusan Allah. Katakan juga, bahwa aku beriman dengannya, mempercayainya, dan menjadi pengikutnya. Dan kaumku telah mengingkari semua kata-kata dan nasihatku, kemudian engkau ceritakanlah pula apa yang engkau saksikan itu", pesan Uskup itu kepadaku. Apabila Uskup itu enggan datang ke gereja lagi, mereka marah, lalu mereka membunuhnya. (Al-Haitsami: Majma'uz-Zawa'id 8:236-237. Abu Nu'Alm pula meriwayatkan cerita yang sama, tetapi ringkas, dalam Dalaa'ilun-Nubuwah, hal. 121.)

Abdan memberitakan dari Ibnu Ishak yang menukil dari beberapa orang yang mengetahui peristiwa ini, katanya bahwa Heraklius berkata kepada Dihyah Al-Kalbi ra. "Celaka engkau, memang demi Allah, aku tahu bahwa pembesarmu itu adalah Nabi yang diutus, dan dialah orang yang kita tunggu selama ini, dan sifatnya tersebut di dalam kitab kami. Akan tetapi, apa daya, aku bimbang aku akan ditumbangkan dari kerajaanku. Kalau tidak kerana itu, tentu aku akan mengikutnya. Coba engkau pergi kepada Uskup kami dan jelaskan tentang perkara pembesarmu itu, kerana Uskup itu lebih dihormati orang dari hal agama dan bicaranya tentu lebih diterima!".

Maka Dihyah pun mendapatkan Uskup itu dan menceritakan berita yang dibawanya itu, maka setelah didengar semua berita itu, Uskup itu berkata: "Pembesarmu itu, demi Allah, adalah seorang Nabi yang diutus, kami mengetahuinya dengan sifat-sifatnya dan namanya!" Uskup itu lalu melepaskan pakaian gerejanya, dan menukarnya dengan pakaian serba putih. Dia pun keluar di khalayak ramai sambil mengisytiharkan penyaksiannya menjadi Islam. Orang ramai pun mengerumuninya dan membunuhnya. (Al-Ishabah 2:216)

Rabu, 09 Februari 2011

Cahaya Di Wajah Baginda.SAW

CAHAYA DI WAJAH NABI SAW

Telah diriwayatkan dari Siti Aishah rha. bahwa ia telah berkata : "Ketika aku sedang menjahit baju pada waktu sahur (sebelum subuh) maka jatuhlah jarum dari tanganku, kebetulan lampu pun padam, lalu masuklah Rasulullah SAW. Ketika itu juga aku dapat mengutip jarum itu kerana cahaya wajahnya, lalu aku berkata, "Ya Rasulullah alangkah bercahayanya wajahmu! Seterusnya aku bertanya: "Siapakah yang tidak akan melihatmu pada hari kiamat?" Jawab Rasulullah SAW: "Orang yang bakhil." Aku bertanya lagi: "Siapakah orang yang bakhil itu?" Jawab baginda : "Orang yang ketika disebut namaku di depannya, dia tidak mengucap shalawat ke atasku."

BERDOA

Berkata Al-Barra' ra. bahwa Nabi SAW. bersabda: "Segala doa itu terdinding (terhalang untuk dikabulkan) dari langit sehingga orang yang berdoa itu mengucapkan shalawat untuk Muhammad dan keluarga Muhammad. "

Sabarlah,Pasti Kelapangan Akan Menyambutmu(syair imam Ssyafii)

Sabar menanti adanya kelapangan adalah solusi paling ampuh dalam menghadapi masalah, bukan dengan mengeluh dan berkeluh kesah.
Imam Asy Syafi’i rahimahullah pernah berkata dalam bait syair,
صَبرا جَميلا ما أقرَبَ الفَرجا ... مَن رَاقَب الله في الأمور نَجَا ...
مَن صَدَق الله لَم يَنَلْه أذَى ... وَمَن رَجَاه يَكون حَيثُ رَجَا ...
Bersabarlah yang baik, maka niscaya kelapangan itu begitu dekat.
Barangsiapa yang mendekatkan diri pada Allah untuk lepas dari kesulitan, maka ia pasti akan selamat.
Barangsiapa yang begitu yakin dengan Allah, maka ia pasti tidak merasakan penderitaan.
Barangsiapa yang selalu berharap pada-Nya, maka Allah pasti akan memberi pertolongan.

Faedah ilmu berharga dari: Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 14/ 392, Muassasah Qurthubah

Selasa, 08 Februari 2011

Pentingnya Mentaati Rasulullah SAW


 

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, "Barangsiapa yang mentaatiku, maka dia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang mendurhakaiku, maka dia telah mendurhakai Allah. Begitu pula, barangsiapa yang mentaati petugasku, maka dia telah mentaatiku, dan barangsiapa mendurhakai petugasku, maka dia telah mendurhakaiku.' (Riwayat Bukhari)

Dari Abu Hurairah ra. lagi, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: 'Semua ummatku akan memasuki syurga kecuali yang enggan memasukinya. Siapa yang mentaatiku akan memasuki syurga, dan siapa yang mendurhakaiku, maka dialah orang yang enggan memasuki syurga.'(Riwayat Bukhari)

Jabir ra. bercerita, katanya: Suatu peristiwa datanglah beberapa Malaikat kepada Nabi SAW ketika beliau sedang tidur, lalu mereka berkata: Bahwa sesungguhnya teman kamu ini dapat diberikan beberapa perumpamaan, cobalah berikan perumpamaan baginya! Maka berkata yang satu: Dia ini sedang tidur. Yang lain berkata: Meskipun matanya tidur, namun hatinya tetap sadar! Lalu berkata pula Malaikat yang lain: Perumpamaan temanmu ini ialah perumpamaan seorang lelaki yang baru selesai membangun sebuah rumah, lalu dia pun mengadakan undangan makan, dan mengundang orang datang kepadanya. Jadi, sesiapa yang menerima undangan itu, dia akan memasuki rumah itu, dan dapatlah dia memakan dari makanan yang disediakan itu. Dan sesiapa yang menolak undangan itu, tidak akan memasuki rumah itu, dan tidak dapatlah dia memakan dari makanan yang disediakan di situ!
Kemudian berkata Malaikat yang mendengar perumpamaan itu: Jelaskanlah perkara ini kepadanya (Nabi Muhammad) supaya dia mengertinya! Lalu ada Malaikat yang berkata: Bukankah dia sedang tidur?! Jawab yang lain: Bukankah sudah aku katakan; matanya saja yang tidur, namun hatinya sadar (dapat menangkap maksud dari berita ini). Maka para Malaikat itu pun berkata: Rumah itu diibaratkan dengan 'Syurga', dan orang yang mengundang itu ialah 'Muhammad' itu sendiri. Tegasnya, siapa saja yang mentaati Muhammad, maka dia mentaati Allah. Dan siapa saja yang mendurhakai Muhammad, maka dia mendurhakai Allah. Dan Muhammad itu adalah penengah (di antara Allah) dengan manusia! (Riwayat Bukhari) Ad-Darimi juga mengeluarkan cerita yang sama dari Rabitah Al-jarasyi ra. dengan maksudnya yang sama (kitab: Al-Misykah, hal. 21)
Dari Abu Musa Al-Asy'ari ra. bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: 'Hanyalah perumpamaanku dan perumpamaan apa yang diutus Allah kepadaku adalah perumpamaan seorang lelaki yang datang kepada suatu kaum, lalu dia berkata kepada mereka: Hai kaumku! Saya lihat dengan mataku sendiri, ada suatu bala tentara yang datang, dan saya adalah pemberi peringatan yang telanjang (dapat dimaksudkan: yang paling jujur), maka selamatkanlah diri kamu! Selamatkanlah! Kerana itu ada di antara kaumnya yang mentaatinya, maka dari sejak malam mereka telah keluar melarikan diri dengan secara teratur, hingga akhirnya mereka selamat. Ketika sekumpulan yang lain telah mendustakannya, dan mereka terus menetap di tempat mereka. Akhirnya, mereka sejak pagi buta telah diserang oleh bala tentara (musuh) itu, yang membinasakan mereka serta memukul bersih apa saja yang ada di hadapannya. Itulah dia perumpamaan siapa yang mentaatiku serta menuruti apa yang saya sampaikan kepadanya. Demikian pula perumpamaan siapa yang menderbakaiku serta mendustakan apa yang saya sampaikan kepadanya dari perkara kebenaran itu.' (Riwayat Darimi)
Razin telah membawa suatu berita dari Umar ra. yang dirafakkannya kepada Rasulullah SAW sabdanya: Aku sudah menanyakan Tuhanku tentang perselisihan para sahabatku sepeninggalku, lalu Allah mewahyukan kepadaku, katanya: Wahai Muhammad! Sesungguhnya semua para sahabatmu itu dalam pandanganku adalah umpama bintang-bintang di langit, setengah mereka lebih teguh dari setengah yang lain, namun bagi setiap satu darinya ada cahayanya yang tersendiri. Maka barangsiapa yang mengambil sesuatu dari apa yang ada pada diri mereka tanpa memandang pada perselisihan mereka itu, maka dia itu dalam pandanganku berada di atas kebenaran. Kemudian Nabi SAW pun berkata: Para sahabatku itu seumpama bintang-bintang maka siapa saja dari mereka yang kamu ikuti, kamu akan mendapat petunjuk. (Jam'ul-Fawa'id 2:201)
Dari Al-Irbadh bin Sariyah ra. yang menceritakan suatu peristiwa, katanya: Pada suatu hari Rasulullah SAW telah mengimami kami satu shalat, dan sesudah selesai shalat, beliau lalu menghadapkan wajahnya kepada kami serta menyampaikan suatu pidato yang sungguh berkesan sekali pada diri kami, sehingga bercucuranlah air mata kami dan gemetarlah segala urat perut kami. Sehabis pidato itu, telah bangun seorang lelaki berkata: Ya Rasulullah! Seolah-olah pidato ini adalah suatu pidato terakhir untuk mengucapkan selamat tinggal! Jadi, apakah yang patut engkau pesankan untuk kami?! jawab beliau: Aku berpesan kepada kamu supaya bertaqwa kepada Allah, selalu mendengar perintah dan mentaatinya, walaupun yang memerintah itu seorang hamba habsyi (yang hitam warna kulitnya). Kerana sesungguhnya, siapa saja yang hidup di antara kamu sesudahku nanti dia akan melihat perselisihan-perselisihan yang banyak. Maka ketika itu, hendaklah kamu berpegang teguh kepada perjalananku dan pejalanan para Khulafaur-Rasyidin yang sudah tertunjuk (oleh hidayatku), hendaklah kamu berpegang kuat dengannya, dan gigitlah dia dengan gigi geraham kamu. Berhati-hatilah kamu dengan mengada-adakan (hukum) yang baru, kerana setiap hukum yang diada-adakan itu adalah bid'ah, dan setiap bid'ah itu adalah sesat! (Riwayat Tarmidzy dan Abu Daud)
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman ra. telah merafakkan bicara ini kepada Nabi SAW sabdanya: Aku tidak tahu berapa lama lagi aku akan berada bersama-sama kamu. Tetapi aku mengingatkan kamu supaya mengikuti dua orang ini sepeninggalku. Lalu beliau menunjuk kepada Abu Bakar dan Umar radhiallahu-anhuma. Sambungnya lagi: Ambillah petunjuk yang diberikan Ammar, dan dengar apa yang dibicarakan Ibnu Mas'ud dan percayailah dia!(Riwayat Tarmidzy)
Dari Bilal bin Al-Haris Al-Muzani ra. bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda: 'Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnat (jalan) dari sunnatku yang telah ditinggalkan orang sepeninggalku, maka baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang mengamalkannya sesudah itu, tiada dikurangi sedikit pun dari pahala-pahala mereka (yang mengamalkannya itu). Dan barangsiapa yang mengadaadakan suatu bid'ah yang menyesatkan yang tiada diridhai Allah dan RasuINya, maka dia akan menanggung dosanya seperti dosadosa orang yang mengamalkannya, tiada dikurangi sedikit pun dari dosa-dosa orang yang mengamalkannya.'(Riwayat Tarmidzy) Ibnu Majah juga meriwayatkan suatu Hadis yang serupa ini dari Katsir bin Abdullah bin Amru, dari bapanya, dari datuknya.
Dari Amru bin Auf ra. bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda: 'Sesungguhnya agama (Islam) itu akan kembali ke Hijaz, sebagaimana ular yang kembali ke dalam lobangnya. Lalu agama itu akan tertambat di Hijaz umpama tertambatnya unta-unta di puncak gunung. Sesungguhnya agama itu lahir asing (tidak dikenali orang), dan dia akan kembali asing seperti mula lahimya. Maka berbahagialah orang-orang asing itu (yakni kaum yang bukan Arab), kerana merekalah yang akan membetulkan apa yang dirusakkan manusia dari sunnatku sepeninggalku nanti."(Riwayat Tarmidzy)
Dari Abdullah bin Amru ra. bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: 'Akan berlaku ke atas ummatku seperti mana yang berlaku ke atas kaum Bani Israel umpama sepasang sepatu, satu dengan yang lain, sampai terjadi di antara mereka orang yang mendatangi (melakukan zina) ibunya secara terang-terangan, demikian pula yang akan berlaku pada ummatku juga. Dan bahwasanya kaum Bani Israel akan terpecah-belah kepada tujuh puluh dua kaum, dan ummatku pula akan terpecah-belah kepada tujuh puluh tiga kaum, semuanya adalah di dalam neraka, kecuali satu kaum saja. Para sahabat bertanya: Siapa kaum itu, hai Rasulullah?! jawab beliau: kaum yang mengikutiku dan mengikuti para sahabatku!' (Riwayat Tarmidzy)

Senin, 07 Februari 2011

Sifat-sifat Rosulullah

Sifat-Sifat Nabi Muhammad SAW

Fizikal Nabi
Telah dikeluarkan oleh Ya'kub bin Sufyan Al-Faswi dari Al-Hasan bin Ali ra. katanya: Pernah aku menanyai pamanku (dari sebelah ibu) Hind bin Abu Halah, dan aku tahu baginda memang sangat pandai mensifatkan perilaku Rasulullah SAW, padahal aku ingin sekali untuk disifatkan kepadaku sesuatu dari sifat beliau yang dapat aku mencontohinya, maka dia berkata: Adalah Rasulullah SAW itu seorang yang agung yang senantiasa diagungkan, wajahnya berseri-seri layak bulan di malam purnamanya, tingginya cukup tidak terialu ketara, juga tidak terlalu pendek, dadanya bidang, rambutnya selalu rapi antara lurus dan bergelombang, dan memanjang hingga ke tepi telinganya, lebat, warnanya hitam, dahinya luas, alisnya lentik halus terpisah di antara keduanya, yang bila baginda marah kelihatannya seperti bercantum, hidungnya mancung, kelihatan memancar cahaya ke atasnya, janggutnya lebat, kedua belah matanya hitam, kedua pipinya lembut dan halus, mulutnya tebal, giginya putih bersih dan jarang-jarang, di dadanya tumbuh bulu-bulu yang halus, tengkuknya memanjang, berbentuk sederhana, berbadan besar lagi tegap, rata antara perutnya dan dadanya, luas dadanya, lebar antara kedua bahunya, tulang belakangnya besar, kulitnya bersih, antara dadanya dan pusatnya dipenuhi oleh bulu-bulu yang halus, pada kedua teteknya dan perutnya bersih dari bulu, sedang pada kedua lengannya dan bahunya dan di atas dadanya berbulu pula, lengannya panjang, telapak tangannya lebar, halus tulangnya, jari telapak kedua tangan dan kakinya tebal berisi daging, panjang ujung jarinya, rongga telapak kakinya tidak menyentuh tanah apabila baginda berjalan, dan telapak kakinya lembut serta licin tidak ada lipatan, tinggi seolah-olah air sedang memancar daripadanya, bila diangkat kakinya diangkatnya dengan lembut (tidak seperti jalannya orang menyombongkan diri), melangkah satu-satu dan perlahan-lahan, langkahnya panjang-panjang seperti orang yang melangkah atas jurang, bila menoleh dengan semua badannya, pandangannya sering ke bumi, kelihatan baginda lebih banyak melihat ke arah bumi daripada melihat ke atas langit, jarang baginda memerhatikan sesuatu dengan terlalu lama, selalu berjalan beriringan dengan sahabat-sahabatnya, selalu memulakan salam kepada siapa yang ditemuinya.

Kebiasaan Nabi
Kataku pula: Sifatkanlah kepadaku mengenai kebiasaannya!Jawab pamanku: Adalah Rasulullah SAW itu kelihatannya seperti orang yang selalu bersedih, senantiasa banyak berfikir, tidak pernah beristirshat panjang, tidak berbicara bila tidak ada keperluan, banyak diamnya, memulakan bicara dan menghabiskannya dengan sepenuh mulutnva, kata-katanya penuh mutiara mauti manikam, satu-satu kalimatnya, tidak berlebih-lebihan atau berkurang-kurangan, lemah lembut tidak terlalu kasar atau menghina diri, senantiasa membesarkan nikmat walaupun kecil, tidak pernah mencela nikmat apa pun atau terlalu memujinya, tiada seorang dapat meredakan marahnya, apabila sesuatu dari kebenaran dihinakan sehingga dia dapat membelanya.

Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa baginda menjadi marah kerana sesuatu urusan dunia atau apa-apa yang bertalian dengannya, tetapi apabila baginda melihat kebenaran itu dihinakan, tiada seorang yang dapat melebihi marahnya, sehingga baginda dapat membela kerananya. Baginda tidak pernah marah untuk dirinya, atau membela sesuatu untuk kepentingan dirinya, bila mengisyarat diisyaratkan dengan semua telapak tangannya, dan bila baginda merasa takjub dibalikkan telapak tangannya, dan bila berbicara dikumpulkan tangannya dengan menumpukan telapak tangannya yang kanan pada ibu jari tangan kirinya, dan bila baginda marah baginda terus berpaling dari arah yang menyebabkan ia marah, dan bila baginda gembira dipejamkan matanya, kebanyakan ketawanya ialah dengan tersenyum, dan bila baginda ketawa, baginda ketawa seperti embun yang dingin.

Berkata Al-Hasan lagi: Semua sifat-sifat ini aku simpan dalam diriku lama juga. Kemudian aku berbicara mengenainya kepada Al-Husain bin Ali, dan aku dapati ianya sudah terlebih dahulu menanyakan pamanku tentang apa yang aku tanyakan itu. Dan dia juga telah menanyakan ayahku (Ali bin Abu Thalib ra.) tentang cara keluar baginda dan masuk baginda, tentang cara duduknya, malah tentang segala sesuatu mengenai Rasulullah SAW itu.

Rumah Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Aku juga pernah menanyakan ayahku tentang masuknya Rasulullah SAW lalu dia menjawab: Masuknya ke dalam rumahnya bila sudah diizinkan khusus baginya, dan apabila baginda berada di dalam rumahnya dibagikan masanya tiga bagian. Satu bagian khusus untuk Allah ta'ala, satu bagian untuk isteri-isterinya, dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri. Kemudian dijadikan bagian untuk dirinya itu terpenuh dengan urusan di antaranya dengan manusia, dihabiskan waktunya itu untuk melayani semua orang yang awam maupun yang khusus, tiada seorang pun dibedakan dari yang lain.
Di antara tabiatnya ketika melayani ummat, baginda selalu memberikan perhatiannya kepada orang-orang yang terutama untuk dididiknya, dilayani mereka menurut kelebihan diri masing-masing dalam agama. Ada yang keperluannya satu ada yang dua, dan ada yang lebih dari itu, maka baginda akan duduk dengan mereka dan melayani semua urusan mereka yang berkaitan dengan diri mereka sendiri dan kepentingan ummat secara umum, coba menunjuki mereka apa yang perlu dan memberitahu mereka apa yang patut dilakukan untuk kepentingan semua orang dengan mengingatkan pula: "Hendaklah siapa yang hadir menyampaikan kepada siapa yang tidak hadir. Jangan lupa menyampaikan kepadaku keperluan orang yang tidak dapat menyampaikannya sendiri, sebab sesiapa yang menyampaikan keperluan orang yang tidak dapat menyampaikan keperluannya sendiri kepada seorang penguasa, niscaya Allah SWT akan menetapkan kedua tumitnya di hari kiamat", tiada disebutkan di situ hanya hal-hal yang seumpama itu saja.
Baginda tidak menerima dari bicara yang lain kecuali sesuatu untuk maslahat ummatnya. Mereka datang kepadanya sebagai orang-orang yang berziarah, namun mereka tiada meninggalkan tempat melainkan dengan berisi. Dalam riwayat lain mereka tiada berpisah melainkan sesudah mengumpul banyak faedah, dan mereka keluar dari majelisnya sebagai orang yang ahli dalam hal-ihwal agamanya.

Luaran Nabi
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Kemudian saya bertanya tentang keadaannya di luar, dan apa yang dibuatnya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW ketika di luar, senantiasa mengunci lidahnya, kecuali jika memang ada kepentingan untuk ummatnya. Baginda selalu beramah-tamah kepada mereka, dan tidak kasar dalam bicaranya. Baginda senantiasa memuliakan ketua setiap suku dan kaum dan meletakkan masing-masing di tempatnya yang layak. Kadang-kadang baginda mengingatkan orang ramai, tetapi baginda senantiasa menjaga hati mereka agar tidak dinampakkan pada mereka selain mukanya yang manis dan akhlaknya yang mulia. Baginda selalu menanyakan sahabat-sahabatnya bila mereka tidak datang, dan selalu bertanyakan berita orang ramai dan apa yang ditanggunginya. Mana yang baik dipuji dan dianjurkan, dan mana yang buruk dicela dan dicegahkan.
Baginda senantiasa bersikap pertengahan dalam segala perkara, tidak banyak membantah, tidak pernah lalai supaya mereka juga tidak suka lalai atau menyeleweng, semua perkaranya baik dan terjaga, tidak pernah meremehkan atau menyeleweng dari kebenaran, orang-orang yang senantiasa mendampinginya ialah orang-orang paling baik kelakuannya, yang dipandang utama di sampingnya, yang paling banyak dapat memberi nasihat, yang paling tinggi kedudukannya, yang paling bersedia untuk berkorban dan membantu dalam apa keadaan sekalipun.

Majlis Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya lalu bertanya pula tentang majelis Nabi SAW dan bagaimana caranya ? Jawabnya: Bahwa Rasulullah SAW tidak duduk dalam sesuatu majelis, atau bangun daripadanya, melainkan baginda berzikir kepada Allah SWT baginda tidak pernah memilih tempat yang tertentu, dan melarang orang meminta ditempatkan di suatu tempat yang tertentu. Apabila baginda sampai kepada sesuatu tempat, di situlah baginda duduk sehingga selesai majelis itu dan baginda menyuruh membuat seperti itu. Bila berhadapan dengan orang ramai diberikan pandangannya kepada semua orang dengan sama rata, sehingga orang-orang yang berada di majelisnya itu merasa tiada seorang pun yang diberikan penghormatan lebih darinya. Bila ada orang yang datang kepadanya kerana sesuatu keperluan, atau sesuatu masliahat, baginda terus melayaninya dengan penuh kesabaran hinggalah orang itu bangun dan kembali.
Baginda tidak pemah menghampakan orang yang meminta daripadanya sesuatu keperluan, jika ada diberikan kepadanya, dan jika tidak ada dijawabnya dengan kata-kata yang tidak mengecewakan hatinya. Budipekertinya sangat baik, dan perilakunya sungguh bijak. Baginda dianggap semua orang seperti ayah, dan mereka dipandang di sisinya semuanya sama dalam hal kebenaran, tidak berat sebelah. Majelisnya semuanya ramah-tamah, segan-silu, sabar menunggu, amanah, tidak pemah terdengar suara yang tinggi, tidak dibuat padanya segala yang dilarangi, tidak disebut yang jijik dan buruk, semua orang sama kecuali dengan kelebihan taqwa, semuanya merendah diri, yang tua dihormati yang muda, dan yang muda dirahmati yang tua, yang perlu selalu diutamakan, yang asing selalu didahulukan.

Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya pun lalu menanyakan tentang kelakuan Rasulullah SAW pada orang-orang yang selalu duduk-duduk bersama-sama dengannya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW selalu periang orangnya, pekertinya mudah dilayan, seialu berlemah-lembut, tidak keras atau bengis, tidak kasar atau suka berteriak-teriak, kata-katanya tidak kotor, tidak banyak bergurau atau beromong kosong segera melupakan apa yang tiada disukainya, tidak pernah mengecewakan orang yang berharap kepadanya, tidak suka menjadikan orang berputus asa. Sangat jelas dalam perilakunya tiga perkara yang berikut. Baginda tidak suka mencela orang dan memburukkannya. Baginda tidak suka mencari-cari keaiban orang dan tidak berbicara mengenai seseorang kecuali yang mendatangkan faedah dan menghasilkan pahala.
Apabila baginda berbicara, semua orang yang berada dalam majelisnya memperhatikannya dengan tekun seolah-olah burung sedang tertengger di atas kepala mereka. Bila baginda berhenti berbicara, mereka baru mula berbicara, dan bila dia berbicara pula, semua mereka berdiam seribu basa. Mereka tidak pernah bertengkar di hadapannya. Baginda tertawa bila dilihatnya mereka tertawa, dan baginda merasa takjub bila mereka merasa takjub. Baginda selalu bersabar bila didatangi orang badwi yang seringkali bersifat kasar dan suka mendesak ketika meminta sesuatu daripadanya tanpa mahu mengalah atau menunggu, sehingga terkadang para sahabatnya merasa jengkel dan kurang senang, tetapi baginda tetap menyabarkan mereka dengan berkata: "Jika kamu dapati seseorang yang perlu datang, hendaklah kamu menolongnya dan jangan menghardiknya!". Baginda juga tidak mengharapkan pujian daripada siapa yang ditolongnya, dan kalau mereka mau memujinya pun, baginda tidak menggalakkan untuk berbuat begitu. Baginda tidak pernah memotong bicara sesiapa pun sehingga orang itu habis berbicara, lalu barulah baginda berbicara, atau baginda menjauh dari tempat itu.

Diamnya Nabi
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Saya pun menanyakan pula tentang diamnya, bagaimana pula keadaannya? Jawabnya: Diam Rasulullah SAW bergantung kepada mempertimbangkan empat hal, yaitu: Kerana adab sopan santun, kerana berhati-hati, kerana mempertimbangkan sesuatu di antara manusia, dan kerana bertafakkur. Adapun sebab pertimbangannya ialah kerana persamaannya dalam pandangan dan pendengaran di antara manusia. Adapun tentang tafakkurnya ialah pada apa yang kekal dan yang binasa. Dan terkumpul pula dalam peribadinya sifat-sifat kesantunan dan kesabaran. Tidak ada sesuatu yang boleh menyebabkan dia menjadi marah, ataupun menjadikannya membenci. Dan terkumpul dalam peribadinya sifat berhati-hati dalam empat perkara, iaitu: Suka membuat yang baik-baik dan melaksanakannya untuk kepentingan ummat dalam hal-ehwal mereka yang berkaitan dengan dunia mahupun akhirat, agar dapat dicontohi oleh yang lain. Baginda meninggalkan yang buruk, agar dijauhi dan tidak dibuat oleh yang lain. Bersungguh-sungguh mencari jalan yang baik untuk maslahat ummatnya, dan melakukan apa yang dapat mendatangkan manfaat buat ummatnya, baik buat dunia ataupun buat akhirat.

(Nukilan Thabarani - Majma'uz-Zawa'id )